http://www.abenetwork.com/usahaarma

Saturday, October 10, 2009

ANTIBIOTIK....????? HARUS???

Tak Semua Penyakit Butuh Antibiotik
Friday February 23rd 2007, 1:02 am
Filed under: Uncategorized
Comments?

Selama ini antibiotik dipercaya sebagai obat manjur yang dapat mengenyahkan

berbagai penyakit. Padahal tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik!

Dunia kedokteran modern berkembang pesat dengan ditemukannya antibiotik pada
tahun 1928 oleh Alexander Fleming. Perkembangannya sungguh fantastis, hingga
sekian puluh tahun kemudian masyarakat begitu mudah mendapatkan antibiotik
di pasaran. Kala terserang flu atau pusing, orang dengan mudah mengobati
dirinya sendiri dengan membeli antibiotik di apotek. Sebagian beranggapan,
kalau hanya sakit ringan tidak perlu ke dokter. Toh paling-paling dokter
akan memberikan resep yang sama dengan antibiotik yang bisa dibeli sendiri
di apotek.

Padahal penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat berakibat fatal.
"Apalagi tidak semua penyakit membutuhkan antibiotik," tandas DR. Dr. Rianto
Setiabudy, dari Bagian Farmakologi FKUI.

HARUS SESUAI INDIKASI

Pada prinsipnya antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh kuman
penyakit dalam tubuh manusia dan menyembuhkannya dari infeksi. Itu pun hanya
infeksi kuman yang harus dicermati lebih dulu, sehingga antibiotik yang
diberikan bisa cocok dengan infeksi yang diderita. "Penggunaan antibiotik
yang benar harus sesuai dengan indikasinya. Contohnya ada infeksi kulit
seperti bisul atau abses," kata Rianto.

Akan halnya infeksi virus, maka pada kasus ini tidak dibutuhkan antibiotik.
Jadi pemakaian antibiotik untuk mengobati penyakit yang disebabkan virus
seperti influenza tidak disarankan. "Influenza sebetulnya tidak dapat
diobati dengan antibiotik," ungkap Rianto. Apalagi kalau ada dokter yang
memberikan dua jenis antibiotik untuk sakit flu. "Ini sangat disesalkan."

Antibiotik yang diberikan secara tidak tepat, alih-alih menyembuhkan
penyakit, yang ada justru menimbulkan banyak kerugian, di antaranya:

* Menimbulkan Kekebalan

Dalam tubuh manusia terdapat kuman-kuman "normal" yang memang dibutuhkan
tubuh dan tidak memunculkan penyakit. Dengan konsumsi antibiotik berulang,
kuman "normal" ini akan menjadi kebal. Lalu kekebalannya bisa ditularkan
pada kuman lain, termasuk kuman yang menyebabkan penyakit. Jadi antibiotik
yang dikonsumsi berulang-ulang dapat menimbulkan kekebalan, apalagi bila
penggunaan itu sebenarnya tidak perlu. Dikhawatirkan, bila terjadi infeksi
yang betul-betul membutuhkan antibiotik, obat tersebut sudah tidak lagi
efektif karena tubuh sudah resisten.

* Memunculkan Reaksi Alergi

Bila penggunaannya tidak tepat, antibiotik bisa menyebabkan alergi, seperti
gatal, mual, pusing, dan sebagainya. Seringkali dokter menanyakan apakah
pasien memiliki alergi obat tertentu atau tidak. "Dokter yang menanyakan hal
ini pada pasiennya harus dipuji karena dia termasuk dokter yang teliti,"
komentar Rianto. Sayangnya, yang sering terjadi pasien tidak tahu apakah
dirinya alergi terhadap obat tertentu atau tidak.

Lalu bagaimana sebagai pasien kita harus menjawabnya? Seandainya sama sekali
tidak tahu pasti apakah punya riwayat alergi obat atau tidak, "Sebaiknya ya
jawab apa adanya. Dokter pasti akan membantu meresepkan obat yang aman. Tapi
kalau tahu, misalnya alergi penisilin atau amoksilin, tentu dokter tidak
akan meresepkannya. "

Walaupun belum ada angka pasti berapa banyak orang yang alergi terhadap
antibiotik di Indonesia, yang paling banyak dijumpai adalah alergi
penisilin. Alergi terhadap obat biasanya ditandai dengan gejala gatal-gatal,
sesak napas ataupun reaksi lainnya.

* Harga Obat Jadi Mahal

Penambahan antibiotik yang tidak perlu akan membuat harga obat yang harus
ditebus pasien jadi makin mahal. Dalam hal ini pasien punya hak untuk
memberikan pandangannya kepada dokter. Misalnya kalau untuk sakit flu dokter
meresepkan antibiotik, tanyakan saja apakah itu memang perlu. Lebih baik
lagi, berobat saja ke dokter yang memang selektif dalam meresepkan
antibiotik.

KEMUNGKINAN EFEK SAMPING

Efek samping antibiotik tidak mesti muncul dari penggunaan jangka panjang
karena penggunaan jangka pendek pun bisa saja menimbulkan kerugian.
Misalnya, pada orang-orang tertentu, antibiotik yang masuk ke tubuh dapat
memunculkan reaksi berlebihan. Akibat yang paling parah di antaranya Sindrom
Steven Johnson, yang bisa berujung kematian.

Adapun jangka waktu penggunaan antibiotik sangat bervariasi tergantung pada
berat ringannya penyakit. Untuk infeksi kuman yang ringan, penggunaan selama
lima hari sudah cukup. Sedangkan untuk infeksi kuman yang sifatnya khusus,
seperti TBC, waktu yang dibutuhkan jelas lebih lama, minimal 6 bulan.
Berikut beberapa contoh antibiotik dan kemungkinan efek samping yang bisa
ditimbulkannya:

Namun, bukan berarti obat-obat tersebut tidak boleh dikonsumsi, karena
manfaatnya justru besar bila digunakan dengan indikasi yang benar. Sudah
banyak bukti bahwa antibiotik dapat menyelamatkan nyawa manusia. Yang perlu
kita lakukan adalah bersikap hati-hati, karena penggunaannya yang salah
dapat berakibat fatal.

Jenis antibiotik

Efek samping

Gentamisin

Kerusakan ginjal

Kloramfenikol

Kerusakan sumsum tulang sehingga berpengaruh pada produksi sel darah merah
dan sel darah putih, bisa mengakibatkan kematian.

Penisilin

Syok anafilaksis (turunnya tekanan darah secara drastis dan tiba-tiba, bisa
menyebabkan kematian) atau reaksi pada kulit

Sulfa

Reaksi hipersensitivitas

DOSIS DULU DAN SEKARANG

Selama pengobatan, biasanya antibiotik diminum 2-3 kali sehari. Akan tetapi
seiring dengan kemajuan dunia kedokteran, antibiotik jenis tertentu bisa
dikonsumsi hanya satu kali sehari. Soal efektivitasnya, menurut Rianto sama
saja. Kalau antibiotik yang diberikan 3 kali sehari punya masa kerja kurang
lebih 8 jam, maka yang dosisnya 1 kali sehari pun dibuat dengan masa kerja
yang lebih lama.

Ada keuntungan lebih yang didapat dengan mengonsumsi obat sekali sehari,
yakni terhindar dari kemungkinan lupa dan tidak harus terlalu sering minum
obat. Lebih menyenangkan, bukan? Namun, harap diingat antibiotik yang bisa
diminum sekali sehari belum tersedia untuk semua penyakit infeksi kuman.

HARUSKAH DIHABISKAN?

Bila penggunaan antibiotik tersebut tepat sesuai indikasi, tak ada cara lain
kecuali harus dihabiskan. Contohnya untuk infeksi saluran pernapasan bawah
yang disebabkan oleh kuman. Kalau dokter meresepkan harus dikonsumsi selama
7 hari dan harus dihabiskan, maka selama 7 hari itu harus benar-benar
dihabiskan, supaya tidak terjadi pemburukan pada penyakit tersebut.

Sedangkan antibiotik yang tidak tepat penggunaannya, misalnya untuk flu yang
memang tidak membutuhkan antibiotik ya sebaiknya segera dihentikan. Makin
cepat menghentikan konsumsi antibiotik yang tidak benar, tentu semakin baik.

JANGAN UBAH BENTUKNYA

Yang juga harus diingat adalah jangan mengubah bentuk antibiotik yang
diresepkan dokter. Bila bentuknya tablet, maka obat itu harus dikonsumsi apa
adanya. Seringkali karena kesulitan minum obat, maka sebelum diminum tablet
itu digerus dulu. Atau kalau berupa kapsul dibuka dulu kemasannya. Ini jelas
tidak benar. Pemakaian obat yang salah tidak akan menghasilkan efek maksimal
lantaran obat tersebut tidak diserap tubuh secara optimal.

Contohnya, tidak semua tablet bisa digerus karena ada yang dilapisi dengan
lapisan khusus agar tidak teroksidasi. Bila isi tablet tersebut terpapar
sinar matahari atau zat lainnya, maka stabilitasnya jadi menurun. Bahkan
obat yang digerus di apotek pun tidak sepenuhnya aman dari human error.
"Karena setelah digerus obat tersebut harus melalui beberapa proses lagi,
seperti ditimbang dan sebagainya, sehingga rawan salah."

Belum lagi ada beberapa antibiotik tertentu yang dilapisi enteric coated
tablet. Pelapisan ini dimaksudkan supaya obat tidak pecah di lambung. Ingat
lambung memiliki kondisi asam yang akan merusak antibiotik sebelum diserap
oleh tubuh. Kalau obat tersebut dapat terjaga utuh sampai usus halus yang
kondisinya sudah tidak asam lagi, maka obat tersebut terhindar dari
kerusakan dini dan dapat diserap tubuh dengan baik.

Itulah mengapa di beberapa negara maju, seperti Amerika dan Australia, sudah
tidak ada lagi obat yang dikonsumsi dalam bentuk puyer. "Semua obat
dikonsumsi apa adanya, sehingga lebih aman."

ANTIBIOTIK GENERIK VS PATEN

Belakangan marak dikampanyekan pemakaian obat generik, termasuk jenis
antibiotik. Adakah perbedaan efektivitas antara antibiotik generik dengan
yang paten? "Sama sekali tidak ada," tandas Rianto. Obat generik sama
manjurnya dengan obat paten. Bahkan seringkali diproduksi di pabrik yang
sama dengan proses yang sama pula.

Bedanya yang satu diberi nama dagang dan menjadi obat paten yang harganya
lebih mahal. Sedangkan yang tidak memakai nama dagang atau dikenal dengan
istilah generik, harganya relatif lebih murah.

Namun harus diingat tidak semua obat memiliki versi generiknya. Kalau memang
obat tersebut tidak ada generiknya, mau tidak mau pasien harus membeli obat
dengan merek paten.

MINUMLAH OBAT SEPERLUNYA

Ada beberapa hal yang dianjurkan Rianto sehubungan dengan konsumsi
antibiotik, berikut di antaranya;

- Orang tua sebaiknya "waspada" dengan mencari dokter yang bisa meresepkan
obat secara baik dan benar.

- Bila diresepkan sederet obat dan banyak macamnya, sebaiknya langsung
tanyakan. Dokter yang baik hanya akan meresepkan obat yang memang sesuai
dengan indikasi penyakit yang diderita pasien saja.

- Kalau demam, batuk, dan flu ringan, boleh saja menggunakan obat yang
dijual di pasaran sebagai pertolongan pertama tapi jangan langsung
mengandalkan antibiotik.

- Jangan sembarangan menggunakan antibiotik, meski mungkin bisa dibeli
sendiri di apotek.

Marfuah Panji Astuti


Tips Agar Ibu Sehat
Friday February 23rd 2007, 1:00 am
Filed under: Uncategorized
Comments?

Lengkaplah kebahagiaan keluarga dengan kehadiran si Kecil yang sehat. tetap tampil menarik seusai masa bersalin merupakan keinginan wanita. Kami coba tampilkan tips singkat untuk diet sehat dan alami, serta pemenuhan nutrisi yang di butuhkan saat menyusui.

Diet sehat dan alami

ASI eksklusif
Menyusui bayi secara ekslusif selama 6 bulan, secara alami dapat membantu mengembalikan berat badan ideal Anda.

Pola Makan Seimbang
Produksi ASI ditentukan oleh faktor nutrisi, frekuensi pengisapan dan faktor emosi. Jadi tidak ada pantangan dalam memilih makanan. Terapkan pola makan seimbang dengan kombinasi Karbohidrat, Protein dan Lemak untuk produksi ASI.

Perawatan Bayi Mandiri
Perhatian dan energi banyak tercurah dalam merawat si Kecil secara mandiri. Melelahkan memang, tapi tanpa disadari berat badan pun turun perlahan.

Nutrisi untuk Ibu menyusui

Vitamin D dan Kalsium
Berguna untuk pembentukan tulang dan gigi. Vitamin D dan Kalsium terserap masuk ke dalam ASI. Untuk mengatasi asupan vitamin D dan kalsium tersebut, atasilah dengan minum susu rendah kalori atau berjemur di pagi dan sore hari.

Zat Besi
Menjaga daya tahan tubuh, meningkatkan vitalitas dan produktivitas. Terdapat dalam daging berwarna merah, hati, makanan laut dan sayuran hijau.

Asam Folat
Mencegah kurang darah (anemia). Banyak terdapat dalam hati ayam, bayam dan sayuran hijau.

Vitamin E
Berfungsi sebagai antioksidan yang melindungi dari radikal bebas, meningkatkan stamina dan daya tahan tubuh. Terdapat dalam makanan berserat, kacang-kacangan, minyak nabati dan gandum

Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh, penyembuhan luka dan mendukung pertumbuhan normal. Terdapat dalam daging, telur dan gandum.

Magnesium
Dibutuhkan dalam setiap sel tubuh untuk membantu gerak otot, fungsi syaraf dan memperkuat tulang. Terdapat dalam gandum dan kacang-kacangan.

sumber : sahabat nestle


Jika Ibu Harus Kembali Bekerja
Friday February 23rd 2007, 12:59 am
Filed under: Uncategorized
Comments?

Cuti melahirkan hampir habis. Anda pun harus bersiap-siap meninggalkan si kecil di rumah untuk kembali bekerja. Bagi kebanyakan ibu bekerja hal ini memang tidak mudah, bahkan mungkin sangat sulit dilakukan. Berbagai perasaan berkecamuk. Di satu sisi, Anda sudah harus kembali bekerja atau tak sabar kembali mengaktualisasi diri dan berinteraksi dengan dunia luar. Namun di lain sisi, perasaan ingin tetap bersama si kecil untuk memastikan ia mendapatkan perawatan terbaik dan perhatian sering mengganggu pikiran. Belum lagi rasa bersalah harus meninggalkan si kecil di rumah.
Mengatur agar keduanya berjalan baik memang akan menjadi tantangan bagi ibu bekerja. Namun, dengan perencanaan, komitmen dan niat yang kuat, Anda pasti bisa mengatasinya.

Sebelum kembali bekerja

a.. Cari pengasuh yang dapat diandalkan. Inilah keputusan penting dan menjadi prioritas utama bagi ibu yang akan kembali bekerja, karena dapat membantu memberikan rasa tenang saat meninggalkan si kecil di rumah. Pilihannya bisa beragam, mulai sang nenek, saudara, baby sitter, atau menyerahkan pengasuhan pada lembaga penitipan anak terpercaya.
b.. Bicaralah dengan atasan Anda mengenai tugas dan jadwal Anda saat kembali bekerja. Jadi saat bekerja Anda pun sudah tahu tahu persis apa yang diharapkan oleh atasan.
Saat waktu bekerja tiba

a.. Be organized! Bekerja dan mengasuh anak menuntut Anda untuk juga ahli dalam manajemen waktu. Organisasikan semua tugas dan tanggung jawab Anda dengan baik, agar tak ada satu hal pun yang tertinggal.
b.. Jaga kedekatan dengan si kecil. Walaupun harus berada jauh di luar rumah, pastikan Anda tetap berhubungan dengannya, misalnya dengan menelepon si kecil untuk mengetahui apa yang sedang dia lakukan. Menurut Alan Greene, MD, spesialis anak dari Lucile Packard Childrens Hospital, California, bayi sudah dapat mengenali Anda sejak dalam kandungan dengan semua inderanya. Karena itu, baju, foto dan rekaman suara Anda yang sedang bercerita juga dapat menjadi alat yang efektif untuk membuat si kecil merasa dekat.
c.. Antisipasi bila si kecil sakit. Tanyakan pada atasan Anda mengenai kemungkinan Anda bisa tidak masuk saat si kecil sakit. Jika tidak bisa, mintalah suami atau keluarga dekat lain untuk menggantikan Anda menjaganya.
d.. Ada kalanya rasa sedih dan bersalah begitu mengganggu pikiran, karena Anda tidak bisa menghabiskan banyak waktu dengan si kecil, cobalah untuk membicarakannya dengan pasangan atau ibu lain yang menghadapi situasi serupa. Tetapi jika perasaan ini semakin menjadi-jadi, segera konsultasikan dengan ahli untuk mengatasinya.
e.. Jangan paksa untuk melakukan semua hal sendiri. Buatlah sistem yang membantu Anda melakukan beberapa tugas dengan bantuan suami, anggota keluarga lain,atau pun pembantu.
f.. Luangkan waktu untuk diri sendiri. Walaupun sulit, Anda juga perlu waktu untuk diri sendiri. Saat si kecil tertidur atau dijaga oleh pasangan, manfaatkanlah waktu tersebut untuk sekedar berlama-lama di kamar mandi, membaca buku atau mendengarkan musik kesayangan dan mengembalikan kesegaran pikiran atau beristirahat. Karena bagaimanapun, jika pikiran Anda tidak dipenuhi stres, Anda pun bisa menikmati waktu bersama di kecil dengan lebih baik.
g.. Tetaplah memberikan ASI. Tak ada yang dapat menyangkal kehebatan manfaat ASI bagi si kecil. Karena itu, berusahalah untuk tetap memberikan ASI padanya walaupun Anda sudah bekerja. Walau tidak bisa sesering sebelumnya, cobalah untuk menyusui si kecil waktu pagi atau malam hari. Bonusnya, Anda dan si kecil dapat merasakan kedekatan yang terjalin selama proses menyusui. Di luar itu, Anda dapat memompa ASI agar si kecil tetap bisa meminumnya saat Anda tidak berada di rumah.
h.. Jaga kesehatan dan rajin berolahraga. Olahraga membuat sirkulasi darah menjadi lancar. Ini dapat mengurangi stres dan rasa penat tubuh. Pastikan Anda memiliki pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan seimbang dan bergizi. Kondisi kesehatan menjadi syarat mutlak bagi ibu berperan ganda. Jika Anda sakit-sakitan bisa dipastikan semuanya akan terbengkalai. Urusan anak dan rumah tak bisa dilakukan dengan baik, Anda pun akan sering minta izin. Situasi bisa menjadi rumit dan mempengaruhi penilaian di kantor.

sumber : sahabat nestle


Ayo Renang
Friday February 23rd 2007, 12:58 am
Filed under: Uncategorized
Comments?

Ayo Renang

20-Februari- 2007

Memperkenalkan anak dengan air memang terkadang tidak mudah. Rasa enggan basah atau takut seringkali kita temui pada si kecil. Namun adapula anak-anak yang telah mengenal air justru menemukan bahwa kegiatan ini sungguh menyenangkan. Dan dari banyak pengamatan bisa disimpulkan, anak-anak sebenarnya sangat menyenangi air selain pasir. Tinggal kemudian bagaimana orangtua melatih anak untuk terampil dalam air atau berenang. Bagaimana cara memulainya serta apakah yang harus diperhatikan? Yuk, ajak anak bermain air sesuai dengan tahap usianya.
6 Bulan-1 Tahun
Bila Anda mulai berpikir untuk mengenalkan air di usia ini, maka itu adalah tindakan pintar, karena si kecil sudah cukup umur untuk berenang. The American Association of Pediatrics merekomendasikan para orangtua untuk mengikutsertakan anaknya dalam les berenang setelah ulang tahunnya yang ke-4, disaat anak telah berkembang dan mampu untuk belajar mengambang. Sebelum itu pelajaran akan lebih fokus untuk melakukan permainan air, dasar-dasar berenang, serta keselamatan di dalam air. Sejalan dengan pertambahan usianya, ajak anak untuk berpengalaman dan merasa nyaman di dalam air. "Tanpa les anak akan menjadi tidak mahir, tetapi dengan mengikuti program berenang maka anak akan menguasai keahlian renang yang akan berlangsung selamanya," ujar Connie Harvey, pakar National Health and safety dari American Red Cross.

Pelajaran:

a.. Ajak anak masuk ke dalam air, bukan belajar bagaimana berenang.
b.. Tunjukkan bagaimana mencipratkan air.
c.. Bernyanyi bersama sambil mengajaknya berkeliling kolam berenang.
d.. Atau memainkan mainan air.
Tips aman:
a.. Pastikan bayi selalu dalam rengkuhan Anda.
b.. Jangan merendamkan anak di bawah usia 3 tahun, karena pada usia ini anak mampu meneguk banyak air dan dapat menyebabkan masuknya zat-zat kimia dalam darahnya.
c.. Gunakan popok khusus untuk berenang.
d.. Jika kolam renang berada di rumah, pastikan bahwa si kecil tidak akan mampu menjangkaunya.
2-3 Tahun
Pelajaran:
a.. Gunakan pelampung pada lengan atau perutnya, lalu ajak si kecil untuk melakukan permainan air yang memungkinkan Ia menggerakan tangan atau kakinya. Contoh, melempar bola lalu ajak Ia untuk mengambilnya.
a.. Tunjukan bagaimana membuat gelembung dalam air, sehingga anak belajar untuk mendekatkan wajahnya ke air tanpa harus menyelam.
Tips aman:
a.. Meski memakai pelampung pastikan agar Anda tidak lengah, jangan biarkan Anak bermain sendiri.
b.. Tetap pastikan anak tidak dapat menjangkau kolam sendiri.
c.. Ajarkan dan tekankan agar anak tidak pergi ke kolam tanpa orangtua.
d.. Jangan tinggalkan mainan apapun dalam kolam, karena dikhawatirkan anak akan berusaha untuk mengambilnya.
4-5 Tahun
Pelajaran:
a.. Anak Anda telah siap untuk mengikuti kursus berenang.
b.. Anda dapat ikut serta dalam kelas pertamanya agar anak merasa nyaman.
c.. Mulai pelajaran dengan mengajarkan bagaimana menyelupkan kepala dan tahan selama 5-10 hitungan.
d.. Coba meluncur tanpa asisten.
e.. Gerakan tangan dan kaki ketika berenang.
f.. Serta memberitahukan bagaimana cara mengambang dalam air.
Tips aman:
a.. Meski tidak harus selalu memeganginya, namun pastikan pelatih selalu siap meraihnya bila terjadi apa-apa.
b.. Bersabarlah, jangan paksa anak pada satu aktivitas bila ia belum siap.
c.. Jangan mengharapkan orang akan mengawasi anak, meski lifeguard.
d.. Tidak semua anak mau membiarkan wajahnya terkena air, latihlah dengan membiasakan di bawah shower ketika mandi.
6 tahun ke atas
Pelajaran:
a.. Pada usia ini anak sudah mampu menahan nafas lebih lama di dalam air, berenang, serta meraih benda di bawah kolam.
b.. Anak telah mampu untuk melompat dari daratan ke dalam air.
c.. Anda sudah dapat mengajarkan berbagai gaya renang, seperti gaya dada dan gaya punggung.
d.. Latihlah untuk memperjauh jarak renangnya sedikit demi sedikit.

Tips aman:
a.. Tetaplah mengawasi anak meski Anda tidak harus berenang bersamanya. Meski anak telah menguasai gerakan ia tetap bisa kelelahan.
b.. Tekankan bahwa anak diizinkan berenang hanya jika ada orang dewasa yang mengawasi.
c.. Waspadai perbedaan berenang di kolam renang dan di pantai. Pengawasan Anda sangat dibutuhkan bila anak berenang di alam.
d.. Pastikan anak menggunakan jaket pelampung ketika naik kapal atau waterskiing, meski Ia telah mahir berenang.
sumber : sahabat nestle


Salmonella Q&A
Friday February 23rd 2007, 12:56 am
Filed under: Health
Comments?

Salmonella Questions and Answers
By USDA
Feb 20, 2007 - 6:59:31 PM

Editor’s note:

ConAgra is recalling Great Value peanut butter and Peter Pan peanut butter with a product code starting with 2111 printed on the lid because the products have been linked to Salmonella induced foodborne illness in 300 people nationwide. The recall could cause a loss of $20 to $50 million in sales.

Consumers need to know that salmonella contamination in peanut butter is extremely rare and should not hesitate to enjoy peanut butter again. Plus, tainted peanut butter does not cause too much of a harm to a person with healthy immune system.

The following is provided by the U.S. government and cited here for readers who are interested in knowing more about Salmonella.

Salmonella Questions and Answers

"Salmonella" bacteria are the most frequently reported cause of foodborne illness. In order to reduce salmonella-induced illness, a comprehensive farm-to-table approach to food safety is necessary. Farmers, industry, food inspectors, retailers, food service workers, and consumers are each critical links in the food safety chain. This document answers common questions about the bacteria "Salmonella, " describes how the Food Safety and Inspection Service (FSIS) of the U.S. Department of Agriculture (USDA) is addressing the problems of "Salmonella" contamination on meat and poultry products, and offers guidelines for safe food handling to prevent bacteria, such as "Salmonella, " from causing illness.

Q. What is Salmonella?

A. Salmonella is a gram-negative, rod-shaped bacilli that can cause diarrheal illness in humans. They are microscopic living creatures that pass from the feces of people or animals to other people or other animals.

The Salmonella family includes over 2,300 serotypes of bacteria which are one-celled organisms too small to be seen without a microscope. Two types, Salmonella Enteritidis and Salmonella Typhimurium are the most common in the United States and account for half of all human infections. Strains that cause no symptoms in animals can make people sick, and vice versa. If present in food, it does not usually affect the taste, smell, or appearance of the food. The bacteria live in the intestinal tracts of infected animals and humans.

Salmonella bacteria have been known to cause illness for over 100 years. They were discovered by an American scientist, Dr. Daniel E. Salmon.

Q. What is salmonella-induced illness?

A. Salmonella-induced illness is an infection caused by the bacteria Salmonella. According to the Centers for Disease Control and Prevention (CDC), salmonellosis causes an estimated 1.4 million cases of foodborne illness and more than 500 deaths annually in the United States. The Surveillance Report from the Food Diseases Active Surveillance (FoodNet) for 2004, identified Salmonella as the most common bacterial infection reported. (42% Salmonella, 37% Campylobacter, 15% Shigella, 2.6% E. coli O157:H7, and 3.4% others such as Yersinia, Listeria, and Vibrio).

FoodNet is a collaborative project among CDC, the 10 Emerging Infections Program sites (EPIs), USDA, and the U.S. Food and Drug Administration (FDA). One of the objectives of FoodNet is to measure effectiveness of a variety of preventive measures in reducing the incidence of foodborne illness attributable to the consumption of meat, poultry, and other foods.

Q. What are the symptoms of salmonella-induced illness?

A. Most people experience diarrhea, abdominal cramps, and fever within 8 to 72 hours after the contaminated food was eaten. Additional symptoms may be chills, headache, nausea, and vomiting. Symptoms usually disappear within 4 to 7 days. Many people with salmonellosis recover without treatment and may never see a doctor. However, Salmonella infections can be life-threatening especially for infants and young children, pregnant women and their unborn babies, and older adults, who are at a higher risk for foodborne illness, as are people with weakened immune systems (such as those with HIV/AIDS, cancer, diabetes, kidney disease, and transplant patients).

Q. Are there long-term consequences?

A. Persons with diarrhea usually recover completely, although it may be several months before their bowel habits are entirely normal. A small number of persons who are infected with Salmonella may develop pains in their joints, irritation of the eyes, and painful urination. This is called Reiter’s syndrome. It can last for months or years and can lead to chronic arthritis that is difficult to treat.

Q. How do people get salmonella-induced illness?

A. Salmonella lives in the intestinal track of humans and other animals, including birds. Salmonella is usually transmitted to humans by eating foods contaminated with animal feces. Salmonella present on raw meat and poultry could survive if the product is not cooked to a safe minimum internal temperature, as measured with a food thermometer.

Salmonella can also cause foodborne illness (salmonellosis) through cross-contamination , e.g., when juices from raw meat or poultry come in contact with ready-to-eat foods, such as salads.

Food may also become contaminated by the unwashed hands of an infected food handler. Salmonella can also be found in the feces of some pets, especially those with diarrhea. People can become infected if they do not wash their hands after contact with these feces. Reptiles are particularly likely to harbor Salmonella. People should always wash their hands immediately after handling a reptile, even if the reptile is healthy.

Q. What foods are most likely to make people sick?

A. Any raw food of animal origin, such as meat, poultry, milk and dairy products, eggs, seafood, and some fruits and vegetables may carry Salmonella bacteria. The bacteria can survive to cause illness if meat, poultry, and egg products are not cooked to a safe minimum internal temperature as measured with a food thermometer and fruits and vegetables are not thoroughly washed. The bacteria can also contaminate other foods that come in contact with raw meat and poultry. Safe food handling practices are necessary to prevent bacteria on raw food from causing illness.

Q. Are chickens labeled "Kosher," "free-range, " "organic," or "natural" lower in Salmonella bacteria?

A. FSIS does not know of any valid scientific information that shows that any specific type of chicken has more or less Salmonella bacteria than other poultry.

Q. What is FSIS doing to prevent Salmonella contamination?

A. The Food Safety and Inspection Service is the public health regulatory Agency in the USDA responsible for the safety of the nation’s commercial supply of meat, poultry and egg products. As part of this responsibility, FSIS issued the "Pathogen Reduction; Hazard Analysis and Critical Control Point (PR/HACCP) Systems, Final Rule" in 1996. This rule sets Salmonella performance standards for establishments slaughtering selected classes of food animals or those producing selected classes of raw ground products to verify that industry systems are effective in controlling the contamination of raw meat and poultry products with disease-causing bacteria, like Salmonella.

FSIS inspectors make sure the establishments are meeting the standards by collecting randomly selected product samples and submitting them to an FSIS laboratory for Salmonella analysis. FSIS requires all plants to reduce bacteria by means of the PR/HACCP system.

Q. How can consumers prevent salmonella illness?

A. Bacteria on raw foods of animal origin do not have to cause illness. The key to preventing illness at home, in a restaurant, at a church picnic, or anywhere else is to prevent the bacteria from growing to high levels and to destroy the bacteria through cooking to a safe minimum internal temperature. Follow these guidelines for safe food preparation:

CLEAN: Wash Hands and Surfaces Often

* Wash your hands with warm soapy water for 20 seconds before and after handling food and after using the bathroom, changing diapers, and handling pets.
* Wash utensils, cutting boards, dishes, and countertops with hot soapy water after preparing each food item and before you go on to the next item.
* Consider using paper towels to clean kitchen surfaces. If you use cloth towels, wash them often in the hot cycle of your washing machine.

SEPARATE: Don’t Cross-contaminate

* Separate raw meat, poultry, and seafood from other foods in your grocery shopping cart and in your refrigerator.
* If possible, use one cutting board for fresh produce and a separate one for raw meat, poultry, and seafood.
* Always wash cutting boards, dishes, countertops, and utensils with hot soapy water after they come in contact with raw meat, poultry, and seafood.
* Never place cooked food on a plate that previously held raw meat, poultry, or seafood.

COOK: Cook to Safe Temperatures

Use a clean food thermometer when measuring the internal temperature of meat, poultry, casseroles, and other foods to make sure they have reached a safe minimum internal temperature:

* Beef, veal, and lamb steaks, roasts, and chops to 145 °F.
* All cuts of pork to 160 °F.
* Ground beef, veal and lamb to 160 °F.
* Egg dishes, casseroles to 160 °F.
* All poultry should reach a safe minimum internal temperature of 165 °F.
* Stuffed poultry is not recommended. Cook stuffing separately to 165 °F.
* Leftovers to 165 °F.
* Fish should reach 145 °F as measured with a food thermometer.
* Bring sauces, soups, and gravy to a boil when reheating.
* Reheat other leftovers thoroughly to at least 165 °F.

CHILL: Refrigerate Promptly

* Keep food safe at home, refrigerate promptly and properly. Refrigerate or freeze perishables, prepared foods, and leftovers within 2 hours (1 hour if temperatures are above 90 °F).
* Freezers should register 0 °F or below and refrigerators 40 °F or below.
* Thaw food in the refrigerator, in cold water, or in the microwave. Foods should not be thawed at room temperature. Foods thawed in the microwave or in cold water must be cooked to a safe minimum internal temperature before refrigerating.
* Marinate foods in the refrigerator.
* Divide large amounts of leftovers into shallow containers for quick cooling in the refrigerator.
* Don’t pack the refrigerator. Cool air must circulate to keep food safe.

source: http://foodconsumer .org/7777/ 8888/B_iological _A_gents_ 38/022006592007_ Salmonella_ Questions_ and_Answers. shtml

Saturday, August 15, 2009

TEORI SEDIAAN TABLET

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Definisi
Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi .(USP 26, Hal 2406)
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4)

I.2 Kriteria Tablet
Suatu tablet harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Harus mengandung zat aktif dan non aktif yang memenuhi persyaratan;
2. Harus mengandung zat aktif yang homogen dan stabil;
3. Keadaan fisik harus cukup kuat terhadap gangguan fisik/mekanik;
4. Keseragaman bobot dan penampilan harus memenuhi persyaratan;
5. Waktu hancur dan laju disolusi harus memenuhi persyaratan;
6. Harus stabil terhadap udara dan suhu lingkungan;
7. Bebas dari kerusakan fisik;
8. Stabilitas kimiawi dan fisik cukup lama selama penyimpanan;
9. Zat aktif harus dapat dilepaskan secara homogen dalam waktu tertentu;
10. Tablet memenuhi persayaratan Farmakope yang berlaku.
(Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

I.3 Keuntungan Sediaan Tablet
Sediaan tablet banyak digunakan karena memiliki beberapa keuntungan, yaitu :
1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih;
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis;
3. Tablet dapat mengandung dosis zat aktif dengan volume yang kecil sehingga memudahkan proses pembuatan, pengemasan, pengangkutan, dan penyimpanan;
4. Bebas dari air, sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/diperkecil.

Dibandingkan dengan bentuk sediaan lain, sediaan tablet mempunyai keuntungan, antara lain :
1. Volume sediaan cukup kecil dan wujudnya padat (merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak), memudahkan pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutan;
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh (mengandung dosis zat aktif yang tepat/teliti) dan menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah;
3. Dapat mengandung zat aktif dalam jumlah besar dengan volume yang kecil;
4. Tablet merupakan sediaan yang kering sehingga zat aktif lebih stabil;
5. Tablet sangat cocok untuk zat aktif yang sulit larut dalam air;
6. Zat aktif yang rasanya tidak enak akan berkurang rasanya dalam tablet;
7. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak yang bermonogram atau berhiasan timbul;
8. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet tidak segera terjadi;
9. Pelepasan zat aktif dapat diatur (tablet lepas tunda, lepas lambat, lepas terkendali);
10. Tablet dapat disalut untuk melindungi zat aktif, menutupi rasa dan bau yang tidak enak, dan untuk terapi lokal (salut enterik);
11. Dapat diproduksi besar-besaran, sederhana, cepat, sehingga biaya produksinya lebih rendah;
12. Pemakaian oleh penderita lebih mudah;
13. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia, mekanik, dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294 dan Proceeding Seminar Validasi, Hal 26)

I.4 Kerugian Sediaan Tablet
Di samping keuntungan di atas, sediaan tablet juga mempunya beberapa kerugian, antara lain :
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet (dalam keadaan tidak sadar/pingsan);
2. Formulasi tablet cukup rumit, antara lain :
• Beberapa zat aktif sulit dikempa menjadi kompak padat, karena sifat amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis;
• Zat aktif yang sulit terbasahi (hidrofob), lambat melarut, dosisnya cukup besar atau tinggi, absorbsi optimumnya tinggi melalui saluran cerna, atau kombinasi dari sifat tersebut, akan sulit untuk diformulasi (harus diformulasi sedemikian rupa);
• Zat aktif yang rasanya pahit, tidak enak, atau bau yang tidak disenangi, atau zat aktif yang peka terhadap oksigen, atmosfer, dan kelembaban udara, memerlukan enkapsulasi sebelum dikempa. Dalam hal ini sediaan kapsul menjadi lebih baik daripada tablet.
(The Theory & Practice of Industrial Pharmacy, Lachman Hal 294)

Tetapi jika dibandingkan dengan keuntungannya, kerugian sediaan tablet jauh lebih sedikit sehingga sediaan tablet merupakan sediaan yang paling banyak dijumpai di perdagangan.

I.5 Masalah-Masalah Dalam Pembuatan Tablet
Permasalahan yang mungkin timbul adalah berkenaan dengan bagaimana cara membuat sediaan yang baik dan sesuai dengan tujuan penggunaannya.
Untuk membuat sediaan yang baik diperlukan data preformulasi yang meliputi stabilitas, organoleptik, sifat fisikokimia, dan data-data lain yang menunjang sehingga dapat diperkirakan bahan baku yang cocok untuk terbentuknya suatu sediaan yang baik dan tercapainya tujuan penggunaan.
Adapun masalah-masalah yang mungkin terjadi :
1. OTT zat aktif (meleleh, berubah warna, terurai, dan sebagainya).
2. Stabilitas zat aktif :
a. Untuk zat yang rusak oleh adanya air, dibuat dengan metode pembuatan tablet yang tidak menggunakan air dan perlu diperhatikan pelarut yang digunakan untuk granulasi.
b. Untuk zat yang mudah teroksidasi dengan pemanasan dan sinar UV, digunakan metode pembuatan tablet yang tidak memakai pemanasan dan sinar UV dalam prosesnya.
c. Untuk zat yang higroskopis, jangan menggunakan metode granulasi basah memakai mucilago amyli karena massa cetak yang terjadi sulit untuk dikeringkan. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan adsorben seperti Aerosol <>30%) dapat dibuat dengan GK.
3. Pemilihan bahan pembantu yang cocok
Untuk penentuan eksipien perlu diperhatikan OTT dengan zat aktif. Di samping itu, bahan pembantu yang digunakan harus mempunyai titik leleh yang cukup tinggi sehingga pada pencetakan tidak meleleh.
4. Jumlah fines total
Jumlah fines yang ditambahkan pada masa cetak maksimal 30%, idealnya 15%. Jika lebih besar akan menyusahkan pada pencetakan tablet.
5. Perbandingan bobot jenis zat aktif dengan pembawa (jika terlalu jauh hendaknya jumlah fine sesedikit mungkin)
6. Konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan maksimal 2%. Jika terlalu besar akan terjadi laminating.
7. Penggunaan mucilago amyli sebagai pengikat pada proses pembuatan tablet akan mempersulit disolusi zat aktif dari dalam granul karena mucilago amyli yang sudah kering sulit ditembus air. Untuk mengatasinya, perlu ditambah pembasah (Tween 80 0.05%-0.15%) sehingga tablet mempunyai waktu hancur lebih baik.
8. Pada penggunaan PVP sebagai pengikat, PVP sebaiknya dilarutkan dalam alkohol 95%. Tetapi pada tahap awal, volume alkohol yang digunakan tidak diketahui sehingga dapat diberikan sebagai serbuk.
9. Penggunaan amylum yang terlalu banyak (maksimal 30%) menyebabkan tablet tidak dapat dicetak karena kompresibilitasnya sangat jelek.
10. Amylum yang digunakan sebagai penghancur luar haruslah amylum kering karena dengan adanya air akan menurunkan kemampuannya sebagai penghancur. Pengeringan amylum dilakukan pada suhu 70 C karena pada suhu ini tidak terjadi gelatinasi dari amylum.
11. Pada pembuatan tablet dengan metode KL, sebagai pembawa dapat digunakan kombinasi Avicel dengan Primogel atau Avicel dan Starch 1500 dengan perbandingan 7:3 (penelitan Aliyah) atau 3:1. Karena Avicel memiliki kompresibilitas yang baik tapi alirannya kurang baik, maka untuk memperbaiki alirannya dapat digunakan Primogel atau Starch 1500.
12. Untuk mengatasi kekeringan granul akibat pengeringan yang tidak terkontrol maka perlu penambahan humektan yaitu gliserin atau propilen glikol 1 – 4% dihitung terhadap mucilago.
Gliserin ditambahkan pada mucilago (pengikat) untuk mempermudah homogenitas gliserin pada tablet, sama halnya dengan penambahan Tween untuk zat aktif hidrofob pada mucilago.
Penambahan gliserin dan Tween adalah untuk tujuan:
- Gliserin : dikhawatirkan pada waktu pengeringan air hilang/menguap semua
- Tween : dikhawatirkan komposisi yang digunakan menolak air, sehingga perlu penambahan Tween agar tablet tidak pecah.
Jumlah Tween yang tepat tergantung pada:
• Jumlah zat aktif
• Jumlah bahan pembantu yang digunakan
13. Jumlah aerosil yang ditambahkan tidak boleh lebih dari 3% karena aerosil bersifat voluminous dan menyerap air sehingga tablet dapat membatu yang menyebabkan waktu hancur lebih lama.
14. Bila bobot tablet terlalu tinggi dan bervariasi
Kemungkinan disebabkan oleh:
• Distribusi pada hoover yang disebabkan proses getaran. Sehingga yang kecil terdesak, granul yang besar akan keluar lebih dahulu, karena ada proses pemampatan. Oleh karena itu perlu diusahakan ukuran granul yang seragam.
• Aliran granul yang kurang baik
• Distribusi partikel tidak normal, karena bobot jenis berbeda jauh, sehingga aliran jelek.
• Lubrikan kurang sehingga alirannya jelek.
15. Jika zat aktif larut air:
• Jangan menggranulasi dengan air
• Sebagai pengikat, gunakan pelarut yang tidak melarutkan massa tablet.
Ketentuan : misalkan digunakan pelarut X, boleh saja ada zat yang larut dalam pelarut X yang digunakan sebagai pelarut pengikat, tetapi maksimal 30%.

Permasalahan-Permasalahan Khusus
1. Campuran Eutektik
Timbang kedua zat aktif secara proporsional, masukan dalam mortir dan digerus. Bila meleleh berarti eutektik.
Cara lain adalah setelah dicampur kedua zat aktif tambahakan musilago pakai air, bila tidak kering berarti eutektik, atau musilago diganti dengan PVP alkohol.
2. Pembuatan tablet Etambutol
Harus disalut dengan pahan penyalut yang larut alkohol larut asam lemak tetapi tidak larut air, lebih baik disalut dengan Cetosel. Etambutol jika digranulasi dengan PVP/alkohol akan semakin melengket. Jadi cetak langsung atau granulasi kering/slugging. Dengan slugging, kekompakan akan turun, friabilitas menjadi tinggi. Teknik penambahan PVP : tambahkan dulu PVP kedalam massa cetak sampai homogen lalu ditambahkan alkohol sehingga jumlahnya tepat.
3. Vitamin C
Jangan gunakan Avicel, ini mempercepat oksidasi vitamin C. Bisa digunakan PVP tapi jelek. Pakai musilago dalam ruang hampa udara/bisa juga dipakai Cetosel dalam alkohol/eksplotab/starch. Jangan digunakan dengan granulasi basah karena waktu hancurnya akan jelek.
Yang baik gunakan Avicel adalah selama tidak OTT dengan zat aktif. Avicel dapat digunakan untuk cetak langsung, atau juga granulasi basah tetapi sebagai pengisi. Jika Avicel tidak larut air dapat bertindak sebagai fasa luar dan fasa dalam. Jika Avicel sebagai fasa luar, amilum kering dihilangkan sehingga komposisi FL :
R/ Avicel 6%
Talk 1% (dikurangi)
Mg Stearat 1%
Demikian juga jika digunakan Aerosil sebagai fasa luar, talk dikurangi karena telah berfungsi juga sebagai glidan.
4. Starch
Starch yang baik jumlahnya 30%, jika zat jumlahnya tinggi bila ditambah Starch 1500 30% maka bobot tablet akan semakin besar sedangkan yang harus ditambahkan adalah lubrikan, pelincir, maka starch ditambahkan kurang dari 30% yang membuat aliran menjadi jelek. Untuk mengatasi hal ini, gunakan Avicel yang dapat bertindak sebagai pengisi juga penghancur.
Kombinasi Starch 1500 dan Eksplotab baik untuk pembuatan tablet secara cetak langsung sebagai penghancur, jangan digunakan sebagai pengisi.
5. Pembuatan Granulasi Kering
ARC 591 jangan memakai alkohol yang mengandung air (pakai alkohol yang tidak berair). Jika mengandung air sulit direkonstitusi.
6. Penggunaan Pharmacot, Etocel, PVP
Hanya untuk zat aktif yang tidak boleh kena air (karena akan terurai). Kombinasi Starch 1500/Avicel hanya untuk cetak langsung, jumlah Avicel dikurangi dan Starch-nya 30%. Starch 1500 tidak boleh untuk granulasi basah sebagai pengisi karena Starch dengan air akan membentuk gel yang dapat berfungsi sebagai pengikat yang sangat kuat. Tetapi sebagai penghancur untuk SL dapat digunakan dengan teknik granulasi basah.
7. Penanganan Ekstrak untuk Tablet
Ekstrak kental larutkan dulu dalam etanol 70% kemudian dikeringkan dengan SL. Untuk ekstrak Belladona 1:3.

Masalah Pada Beberapa Senyawa Aktif
• Papaverin HCl, jika digunakan air dapat larut maka gunakan pelarut yang tidak melarutkan zat tersebut.
• Zat hidrofob seperti Fenilbutazon, Vioform, Parasetamol, Ester Kloramfenikol dapat dilakukan penambahan Tween 80 0,01% bobot tablet atau saponin 5% bobot tablet (ditambahkan mucilago amyli sebanyak 0,03%)
• Diazepam, jika dibuat granul akan kasar, oleh karena itu dapat dihaluskan terlebih dahulu.
• Untuk vitamin C dan Parasetamol, gunakan pelarut non air, keringkan dengan dehumidifier.
• Fe mempunyai bobot jenis yang tinggi, maka gunakan pengikat PVP dalam alkohol karena jika digunakan air akan terjadi oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+.
• Untuk vitamin B12, gerus 1 g + etanol + SL (99 g), keringkan jika minta dispensasi bahwa tidak ada yang hilang selama proses berarti 100 g sebanding dengan 1 g vitamin B12.
Selain itu, vitamin B12 terikat sangat kuat dengan mucilago amyli sehingga waktu hancurnya lama. Avicel dengan mucilago amyli membentuk adonan lengket yang sukar digranulasi. Kadarnya sangat kecil, perlu diajukan uji keseragaman kandungan.
• Penisilin VK terbaik dibuat dengan cara slugging
• Mg(OH)3 + alukol terbaik digunakan cetak langsung, dapat granulasi basah menggunakan PVP dalam alkohol, jika menggunakan mucilago amyli, kapasitas penetralan dapat turun.
• Alukol berat jenis tinggi untuk tablet (aliran baik), berat jenis rendah dapat digunakan untuk suspensi, tablet kunyah, voluminous.
• Etambutol, tablet cepat basah. Granulasi dengan alkohol atau disalut atau ditambahkan etambutol sebagai fines.
• Alukol + ekstrak Belladona, gunakan SL sebagai pengisi. Karena ekstraknya pahit, jarang untuk obat kunyah. Bila dibuat obat kunyah maka tambahkan asam siklamat dan sakarin untuk mengatasi rasa pahit. Alukol dengan antasid lain, OTT terhadap CMC. Perlu dilakukan uji penetralan terhadap bahan baku dan tablet (minta dispensasi).
• Untuk garam-garam Kalsium, Ca Pantotenat dan lainnya tidak dapat memakai mucilago amyli sebagai pengikat sebab akan terbentuk massa seperti lem.
• Mg-stearat dan Eksplotab, bila zat aktif bersifat asam, jangan menggunakan Mg stearat dan Eksplotab, ganti saja Mg-stearat dengan asam stearat.
• Antibiotika, terutama yang tidak tahan pemanasan, dilakukan dengan slugging atau dehumidifier (dengan alkohol + air) disedot pada suhu 30 C tetapi hasilnya kurang baik, sebab potensi akan menurun karena kontak dengan air.
• Ekstrak untuk tablet, ekstrak kental dilarutkan dulu dalam etanol 70%, baru dikeringkan dengan SL. Ekstrak Belladona 1:3 artinya dalam 3 bagian ada 1 bagian. Contohnya jika diinginkan 20 mL ekstrak Belladona maka yang diambil adalah 60 mL, digerus halus dan dicampurkan dengan pengisi sedikit demi sedikit.
• Untuk zat-zat berkhasiat yang sangat pahit seperti Kloramfenikol harus disalut (dispensasi). Kloramfenikol palmitat tidak bisa dibuat tablet karena masih ada sisa asam palmitat yang menyebabkan tablet mudah pecah karena sukar diikat.
• INH dan PAS tidak dapat dibuat kombinasi dalam tablet karena PAS diabsorbsi di usus tidak boleh terdisolusi di lambung (?).

Catatan Lain
1. Fines
Maksimum 30% dari bobot tablet termasuk Fase Luar (FL) jika lebih dapat terjadi capping. Jumlah yang berbeda, distribusi berbeda dapat diatasi dengan hoover yang tidak bergetar dan atau adanya pengaduk.


2. Eksplotab
Tidak tahan asam, hanya untuk penghancur luar, tidak bisa untuk granulasi basah, digunakan 3-5%, maksimum 25%.
3. Starch 1500
Pengisi tablet untuk cetak langsung. Jika ada air akan menjadi gel sehingga zat aktif terhambat, daya mengembang kurang sehingga waktu hancur menjadi jelek. Pengisi tablet tidak lebih dari 30%.
4. Avicel pH 101,102,103 baik untuk tablet cetak langsung
5. Jika jumlah zat aktif kecil dan berbentuk hablur, resiko ketidakseragaman kandungan zat aktif besar jika dibuat secara cetak langsung, karena kurang homogen.
6. Untuk cetak langsung gunakan zat aktif yang halus dengan aliran baik.
7. Jika basis kasar dan zat aktif halus, maka distribusi menjadi tidak merata karena terjadi distribusi ukuran partikel yang tidak merata, terutama saat pencetakan, akibat getaran.
8. Vitamin B12 untuk cetak langsung harus dihaluskan terlebih dahulu. Gunakan pengisi manitol, bukan dengan SL.
9. Untuk antibiotika, pilih pengikat yang tidak mengubah potensi.
10. Mekanisme umum hancurnya tablet adalah pembasahan, penetrasi air, pengembangan, dan hancur. Untuk cetak langsung, jika kecepatan aliran masa cetak 1,5 g/dt atau lebih sudah cukup baik.
11. Jika zat aktif 200 mg per tablet, siap-siap untuk dibuat secara cetak langsung.
12. Dalam evaluasi waktu hancur tablet, tinjau mekanisme waktu hancur, surfaktan, desintegrator lebih baik yang hidrofob.
13. PVP mudah ditembus air.
14. Ac di sol 3% sebagai penghancur luar untuk memperbaiki waktu hancur.
Granulasi dibuat terpisah dengan pertimbangan jumlah granul sama banyak, distribusi granul sama di mana perbandingan granul A dan B sama, kelemahan distribusi tidak selalu sama.
15. Ukuran (mesh) 18-20; 20-22; yang biasa 16-16
Jika granul pengikatnya lemah, gunakan pengayak dengan ukuran mesh sama
16. Zat aktif dengan bobot jenis tinggi (umumnya BJ zat anorganik), granulasi seperti biasa, FL sekecil mungkin.
17. CaCO3 dapat digunakan sebagai penghancur di dalam lambung yang akan menyerap asam lambung dan berubah menjadi CO2.

Permasalahan Dalam Pencetakan Tablet
Masalah-masalah yang dapat muncul selama proses pencetakan tablet secara umum, seperti :
• Capping : pemisahan sebagian atau keseluruhan bagian atas/bawah tablet dari badan tablet
• Laminasi : pemisahan tablet menjadi dua bagian atau lebih
• Chipping : keadaan dimana bagian bawah tablet terpotong
• Cracking : keadaan dimana tablet pecah, lebih sering di bagian atas-tengah
• Picking : perpidahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada permukaan punch
• Sticking : keadaan dimana granul menempel pada dinding die (ada adhesi)
• Mottling : keadaan dimana distribusi zat warna pada permukaan tablet tidak merata

Masalah Lain Pada Pencetakan Tablet Secara Khusus
1. Lengket pada Cetakan
Manifestasinya :
• Melekat pada die dan sulit untuk dikeluarkan
• Bunyi keras pada mesin
• Tablet kopak, jelek, sisi tablet kasar, kadang-kadang hitam
Penyebab :
 Antiadheren kurang
 Lubrikan kurang atau tidak tepat
Contoh : Tablet asetosal dengan Mg stearat lengket, seharusnya digunakan asam stearat (yang mikronize karena fungsi lubrikan adalah antar partikel sehingga kalau halus akan terselimuti oleh lubrikan).
 Kandungan air (aspek kadar air) tinggi akan menyebabkan penempelan pada die, sedangkan kadar air rendah dapat menyebabkan laminating atau capping.
 Kemungkinan karena interaksi kimia atau fisika, contoh interaksi fisika etoksi benzamin dengan kafein, gliseril guaiakolat dengan prometazin HCl, yaitu terjadinya pelelehan sehingga adhesivitas tinggi dan akhirnya menjadi lengket.
 Bahan baku dengan titik leleh sangat rendah, sehingga kesulitan dalam masalah pencetakan, contoh : Ibuprofen, Gliseril guaiakolat, Siprofloksasin (Antibiotik turunan Imidazol).
Penyelesaian Masalah :
• Meningkatkan antiadheren dan lubrikan
• Penggantian lubrikan yang cocok
• Mengurangi jumlah granul yang kasar
• Mengurangi jumlah air tapi jangan sampai berada di bawah optimum, karena tablet menjadi kurang baik. Jika sudah diketahui jumlah pembasah yang paling baik maka agar pembasahnya pas, dilakukan dengan menambahkan pembasah ke dalam larutan pengikat, yaitu bahan pembantu yang tidak menguap tapi basah, contoh Propilen glikol atau gliserin.
• Jika terjadi lengket mungkin karena punch dan die yang rusak, sebab kalau cacat pada punch, maka akan melekat sehingga ratakan punch dan die.
• Kalau mungkin pencetakan pada suhu rendah dan humuditas rendah karena khusus untuk bahan aktif dengan titik leleh rendah atau terjadi campuran eutektik maka zat campuran eutektik semakin mudah menyerap air. Contoh : Kombinasi ampisilin dengan asam klavulanat, dimana asam klavulanat mudah hancur dengan kelembaban dan temperatur yang tinggi. Oleh karena itu, pembuatannya dilakukan dalam suhu dan RH yang rendah.
• Perubahan bahan pengisi, bahan pengisi dengan titik leleh tinggi dan dapat mengadsorbsi, seperti SiO2 dan aerosil (adsorben). Penambahan aercsil pada tablet akan menyebabkan penampilan tablet yang bagus, jernih dan mengkilat, namun waktu hancur semakin panjang.




2. Lengket pada pons
Manifestasi :
• Terkelupasnya bagian tablet karena permukaan tablet melekat pada pons. Penyebab sama dengan tadi
• Kurangnya anti adheren
• Kandungan air tinggi
• Lengket pada pons
Penanggulangannya sama :
 Ubah ukuran granul
 Tambah adsorben
 Perbaiki alat
• Alat dipoles, sehingga adhesivitas tablet dan pons sangat kecil.
3. Capping/Laminating
Capping : copot
Laminating : belah
Penyebab :
 Terjebaknya udara pada tablet karena granul sangat halus
• Porositas tinggi, khususnya pada penggunaan pons yang baru, yaitu dengan adanya udara yang terjebak antara pons dan die
 Kekerasan yang terlalu rendah atau terlalu tinggi (ada yang optimal)
 Granul yang terlalu kering, cara : tambahkan dalam pelarut pengikat tambahkan bahan cair dan tidak mudah menguap
 Zat pengikat yang kurang tepat.
 Pengikat yang jumlahnya terlalu sedikit (tepat tetapi jumlahnya kecil)
Penanggulangannya
• Pembuatan granul diulang jika penyebabnya adalah kelebihan atau kekurangan pengikat atau tidak cocok.
• Tambahkan pengikat kering seperti gom arab, sorbitol, PVP, sakarin, NHPC, LHPC 21, Metilselulosa dengan konsistensi tinggi, sehingga meningkatkan kekompakan tablet.
• Pengurangan ukuran partikel dari granul, karena spesifikasi ukuran harus sama.
4. Sumbing atau retak-retak pada permukaan tablet
Manifestasinya :
Akibat dari ketiga masalah sebelumnya : laminating, lengket atau kadang-kadang karena pons yang terlalu dalam.
Penyelesaian :
• Pons dan die supaya di poles
• Untuk ukuran granul yang besar, kurangi partikel granul.
• Diganti pons dan die
• Tambahkan pengikat kering

5. Keseragaman bobot (FI III)
Penyebab pertama :
- Aliran kurang baik
- Distribusi ukuran granul yang tidak tepat, sebab dengan demikian mungkin saja timbul porositas tinggi, yang tidak dapat menjamin keseragaman bobot karena adanya distribusi baru pada saat pencetakan.
- Sistem pencampuran yang tidak benar, sehingga mesin harus terkunci baik terutama pons bawah karena dapat berubah-ubah sehingga bobot berbeda-beda.
Penyelesaian masalah :
- Perbaiki atau ulangi proses pembuatan granul, perbaikan ukuran granul, pengikat, granulasi, perbaikan pencampuran massa cetak.
- Perbaikan mesin tablet yaitu validasi mesin tablet.
- Kecepatan aliran dapat menyebabkan bobot tablet yang berbeda-beda. Penyebab kecepatan aliran : kandungan air tinggi sehingga adesivitas tinggi dan aliran menjadi kurang ; porositas tinggi, udara terjebak banyak karena fines dan pengikat yang tidak cocok atau kurang. Jumlah fines meningkat, porositas meningkat, aliran tidak baik.
Penyebab kedua : distribusi granul tidak baik.
Penyelesaian Masalah :
- Kurangi kadar air
- Pembuatan granul baru sehingga menyebabkan porositas kecil, distribusi granul optimal sehingga aliran bagus.
6 Keseragaman Kandungan (FI IV hlm.999)
Dilakukan bila :
• Kadar bahan aktif dibawah 50 mg
• Bila perbandingan kadar bahan aktif dengan bobot tablet lebih kecil dari pada 50%
Penyebab jeleknya keseragaman kandungan :
• Karena aliran jelek
• Pencampuran pregranulasi tidak benar maka tentukan dulu homogenitas zat aktif dalam granul (di pabrik)
• Karena kadar fines tinggi maka porositas tinggi (bobot berbeda-beda)
• Kandungan air yang tinggi sehingga aliran kurang baik
• Kondisi mesin tidak benar.
Penyelesaian masalah
• Perbaikan ukuran granul meliputi pencampuran, perubahan pengikat, granulasi.
• Kalibrasi mesin.

I.6 Jenis Sediaan Tablet
(Catatan Kuliah P’ Charles + Teori dan Praktek Farmasi Industri, Lachman Hal 706-717)

Berdasarkan prinsip pembuatan, tablet terdiri atas :
a. Tablet Kempa
Dibuat dengan cara pengempaan dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk/granul menggunakan pons/cetakan baja.
b. Tablet Cetak
Dibuat dengan cara menekan massa serbuk lembab dengan tekanan rendah pada lubang cetakan. Kepadatan tablet tergantung pada pembentukan kristal yang terbentuk selama pengeringan, tidak tergantung pada kekuatan yang diberikan



Berdasarkan tujuan penggunaan, tablet terdiri atas :
1. Tablet Kempa Tujuan Saluran Pencernaan
a. Tablet Konvensional Biasa
Tablet yang dibuat atau dikempa dengan siklus kompresi tunggal yang biasanya terdiri dari zat aktif sendiri atau kombinasi dengan bahan eksipien seperti:
• Pengisi (memberi bentuk) : laktosa
• Pengikat (memberi adhesivitas/kelekatan saat bertemu saluran pencernaan): musilago amili, amilum
• Desintegrator (mempermudah hancurnya tablet)
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
Adalah tablet konvensional yang dikompresi lebih dari satu siklus kompresi tunggal sehingga tablet akhir tersebut terdiri atas 2 atau lebih lapisan. Disebut juga sebagai tablet berlapis.
Keuntungannya dapat memisahkan zat aktif yang inkompatibel (tidak tersatukan)
c. Tablet Lepas Lambat
Tablet yang pelepasan zat aktifnya dimodifikasi sehingga tablet tersebut melepaskan dosis awal yang cukup untuk efek terapi yang kemudian disusul dengan dosis pemeliharaan sehingga jumlah zat aktif atau konsentrasi zat aktif dalam darah cukup untuk beberapa waktu tertentu. (misal tablet lepas lambat 6 jam, 12 jam, dsb).
d. Tablet Lepas Tunda (Tablet Salut Enterik)
Adalah tablet yang dikempa yang disalut dengan suatu zat yang tahan terhadap cairan lambung, reaksi asam, tetapi terlarut dalam usus halus.
e. Tablet Lepas Terkendali
Yang pelepasan zat aktifnya terkendali pada waktu-waktu tertentu.
f. Tablet Salut Gula
Adalah tablet kempa yang disalut dengan beberapa lapis lapisan gula baik berwarna maupun tidak.
Tujuan: melindungi zat aktif terhadap lingkungan udara (O2, lembab), menutup rasa dan bau tidak enak, menaikkan penampilan tablet.
g. Tablet Salut Film
Tablet kempa yang disalut dengan salut tipis, bewarna atau tidak dari bahan polimer yang larut dalam air yang hancur cepat di dalam saluran cerna. Penyalutan tidak perlu berkali-kali.
h. Tablet Efervesen
Tablet kempa yang jika berkontak dengan air menjadi berbuih karena mengeluarkan CO2..Tablet ini harus dilarutkan dalam air baru diminum.
i. Tablet Kunyah
Tablet kempa yang mengandung zat aktif dan eksipien yang harus dikunyah sebelum ditelan.

2. Tablet Kempa Digunakan dalam Rongga Mulut
a. Tablet Bukal
Tablet kempa biasa berbentuks oval yang ditempatkan di antara gusi dan pipi. Biasanya keras dan berisi hormon. Bekerja sistemik, tererosi atau terdisolusi di tempat tersebut dalam waktu yang lama (secara perlahan).
b. Tablet Sublingual
Tablet kempa berbentuk pipih yang diletakkan di bawah lidah, berisi nitrogliserin. Biasanya untuk obat penyempitan pembuluh darah ke jantung (angina pectoris) sehingga harus cepat terlarut agar dapat segera memberi efek terapi. Diabsorbsi oleh selaput lendir di bawah lidah.
c. Tablet Hisap/Lozenges
Tablet yang mengandung zat aktif dan zat-zat penawar rasa dan bau, dimaksudkan untuk disolusi lambat dalam mulut untuk tujuan lokal pada selaput lendir mulut.
d. Dental Cones (Kerucut Gigi)
Yaitu suatu bentuk tablet yang cukup kecil, dirancang untuk ditempatkan di dalam akar gigi yang kosong setelah pencabutan gigi. Tujuannya biasanya untuk mencegah berkembangbiaknya bakteri di tempat yang kosong tadi dengan menggunakan suatu senyawa antibakteri yang dilepaskan secara perlahan-lahan, atau untuk mengurangi perdarahan dengan melepaskan suatu astringen atau koagulan. Pembawa yang umum digunakan adalah Na bikarbonat, NaCl atau suatu asam amino.

3. Tablet Kempa Digunakan Melalui Liang Tubuh
a. Tablet Rektal
Tablet kempa yang mengandung zat aktif yang digunakan secara rektal (dubur) yang tujuannya untuk kerja lokal atau sistemik.
a. Tablet Vaginal
Tabler kempa yang berbentuk telur (ovula) untuk dimasukkan dalam vagina yang di dalamnya terjadi disolusi dan melepaskan zat aktifnya. Biasanya mengandung antiseptik, astringen. Digunakan untuk infeksi lokal dalam vagina dan mungkin juga untuk pemberian steroid dalam pengobatan sistemik.

4. Tablet Kempa untuk Implantasi
Tablet Implantasi/Pelet
Dibuat berdasarkan teknik aseptik, mesin tablet harus steril. Dimaksudkan untuk implantasi subkutan (Untuk KB, 3-6 bulan, mencegah kehamilan).

5. Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain (Di Lachman disebutkan Jenis Tablet untuk Membuat Larutan)
a. Tablet Triturat untuk Dispensing
Adalah tablet yang dihaluskan dulu atau disiapkan untuk penggunaan tertentu.
Tablet kempa atau cetak berbentuk kecil umumnya silindris digunakan untuk memberikan jumlah zat aktif terukur yang tepat untuk peracikan obat (FI IV).
Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.

b. Tablet Hipodermik
Tablet cetak/kempa yang dibuat dari bahan mudah larut/melarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan menambahkan pelarut steril (FI IV)
c. Tablet Dispensing
Tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik bentuk sediaan padat/cair. Dimaksudkan untuk ditambahkan ke dalam air dengan volume tertentu, oleh ahli farmasi atau konsumen, untuk mendapatkan suatu larutan obat dengan konsentrasi tertentu.

Berdasarkan Rute Pemberian :
1. Tablet oral (dalam mulut)
2. Tablet rektal
3. Tablet vaginal
4. Tablet implantasi


Berdasarkan Penyalutan :
1. Tablet polos
2. Tablet salut gula
3. Tablet salut film

Berdasarkan Pelepasan Zat Aktif :
1. Tablet pelepasan biasa
2. Tablet lepas lambat
3. Tablet lepas tunda
4. Tablet lepas terkendali

Thursday, August 13, 2009

metabolisme karbohitrat

Metabolisme Karbohidrat

DEFINISI

Karbohidrat adalah gula. Beberapa gula sederhana, dan lainnya lebih kompleks. Sucrose (gula meja) dibuat dari dua gula yang lebih sederhana yaitu glukosa dan fruktosa. Lactose (gula susu) terbuat dari glukosa dan galactose. Baik sucrose maupun lactose harus dipecahkan ke dalam gula pembentuknya dengan enzim sebelum badan bisa menyerap dan memakai mereka. Karbohidrat pada roti, pasta, padi, dan makanan lain yang berisi karbohidrat adalah rangkaian panjang molekul gula sederhana. Molekul ini yang lebih panjang juga harus dibongkar oleh tubuh. Jika enzim yang diperlukan untuk mengolah gula tertentu hilang, gula bisa menumpuk di badan, menyebabkan masalah.

1. Penyakit Penyimpanan Glikogen

Glikogen terbuat dari banyak molekul glukosa yang berikatan satu sama lain. Gula glukosa adalah sumber utama energi tubuh untuk otot (termasuk jantung) dan otak. Glukosa yang tidak dengan segera dipakai untuk tenaga disimpan sebagai cadangan di hati, otot, dan ginjal dalam bentuk glikogen dan dilepaskan kalau diperlukan oleh tubuh.

Ada banyak berbagai penyakit penyimpanan glikogen (juga disebut glikogenosis), masing-masing dikenali dengan angka Roma. Penyakit ini disebabkan oleh kekurangan yang diturunkan dari salah satu enzim yang esensial untuk memproses glukosa menjadi glikogen dan memecah glikogen menjadi glukosa. Sekitar 1 dari 20.000 orang bayi mempunyai suatu bentuk penyakit penyimpanan glikogen.

Beberapa penyakit ini menyebabkan sedikit gejala; yang lain fatal. Gejala spesifik, usia dimana gejala mulai, dan keparahan mempengaruhi variasi di antara penyakit ini. Untuk jenis II, V, dan VII, gejala utamanya adalah merasa lemah. Untuk jenis I, III, dan VI, gejalanya adalah kadar gula rendah di darah dan perut membuncit (karena kelebihan atau glikogen abnormal dapat memperbesar hati). Kadar gula darah rendah menyebabkan rasa lemah, berkeringat, kebingungan, dan kadang-kadang pingsan dan koma. Akibat lain bagi anak mungkin termasuk pertumbuhan terhambat, sering infeksi, atau luka pada mulut dan usus. Penyakit penyimpanan Glikogen cenderung menyebabkan asam urat, limbah, menumpuk di sendi (yang bisa menyebabkan encok) dan di ginjal (yang bisa menyebabkan batu ginjal). Pada jenis I penyakit penyimpanan glikogen, kegagalan ginjal biasa terjadi setelah beberapa lama.

Diagnosa spesifik dibuat ketika pemeriksaan kimiadari jaringan sampel, biasanya otot atau hati, menentukan bahwa enzim tertentu hilang.

Pengobatan tergantung pada jenis penyakit penyimpanan glikogen. Bagi banyak orang, makan beberapa kali sedikit makanan kaya karbohidrat menolong mencegah kadar gula darah turun. Bagi orang yang mempunyai penyakit penyimpanan glikogen yang menghasilkan gula darah rendah, kadar glukosa dipelihara dengan memberi tepung maizena mentah setiap 4 sampai 6 jam. Kadang-kadang larutan karbohidrat diberikan melalui tabung perut sepanjang malam untuk mencegah kadar kadar gula darah turun malam hari.

Tipe dan karakterisitik penyakit penyimpanan glikogen

Nama

Organ yang terkena

Gejala

Tipe O

Hati, otot

Memperbesar hati dengan penumpukan lemak di dalam sel hati (hati berlemak); episode kadar gula darah rendah (hypoglycemia) kalau berpuasa

Penyakit von Gierke (Tipe IA)

Hati, ginjal

Memperbesar hati dan ginjal; memperlambat pertumbuhan; kadar gula darah yang sangat rendah; kadar asam yang luar biasa tinggi, lemak, dan asam urat di darah.

Tipe IB

Hati, sel darah putih

Sama seperti penyakit von Gierke tetapi mungkin lebih tidak parah; sel darah putih hitung rendah; infeksi berulang mulut dan usus atau penyakit
Crohn

Penyakit Pompe (Tipe II)

Semua organ tubuh

Memperbesar hati dan jantung,
otot lemah .

Penyakit Forbes (Tipe III)

Hati, otot, jantung, sel darah putih

Memperbesar hati atau sirosis; kadar gula darah rendah; kerusakan otot dan kerusakan jantung pada beberapa orang.

Penyakit Andersen (Tipe IV)

Hati, otot, hampir semua jaringan

Sirosis pada tipe awal; kerusakan otot dan kelumpuhan jantung (terlambat datangnya) pada tipe lanjut.

Penyakit McArdle (tipe V)

Otot

Kejang otot atau kelemahan selama aktivitas fisik.

Penyakit Hers (tipe VI)

Hati

Memperbesar hati; episode kadar gula darah rendah (hypoglycemia) kalau berpuasa, sering kali tanpa gejala.

Penyakit Tarui (tipe VII)

Otot skeletal, sel darah merah

Kejang otot selama aktivitas fisik; perusakan sel darah merah (hemolysis).

2. Galactosemia

Galactosemia (kadar galactose darah tinggi) disebabkan dengan kekurangan salah satu enzim yang diperlukan untuk memetabolisme galactose, gula yang ada dalam lactose (gula susu). Metabolite menjadi banyak menjadi racun pada hati dan ginjal dan juga merusak lensa mata, menyebabkan katarak.

Bayi baru lahir dengan galactosemia nampak normal pada mulanya tetapi dalam beberapa hari atau minggu kehilangan selera makannya, muntah, menjadi kuning, mengalami diare, dan berhenti bertambah besar secara normal. Fungsi sel darah putih terpengaruh, dan infeksi serius bisa timbul. Jika pengobatan lambat, anak yang terkena tetap pendek dan mengalami keterbelakangan mental atau mungkin mati.

Galactosemia dapat diketahui dengan pemeriksaan darah. Tes ini dilakukan sebagai tes skrining rutin pada bayi baru lahir terutama bila seorang anggota keluarga diketahui mempunyai gangguan ini.

Galactosemia diobati dengan cara menghilangkan secara menyeluruh susu dan produk susu - sumber galactose dari makanan anak yang terkena. Galactose juga ada di beberapa buah-buahan, sayur, dan produk laut, seperti rumput laut. Dokter tidak yakin apakah jumlah yang sedikit di dalam makanan ini menyebabkan masalah dalam jangka panjang. Orang yang mempunyai gangguan harus membatasi pemasukan galactose sepanjang hidup.

Jika galactosemia dikenali sejak lahir dan diobati dengan baik, masalah hati dan ginjal tidak berkembang, dan perkembangan jiwa normal. Tetapi, dengan pengobatan yang tepat pun, anak dengan galactosemia sering mempunyai kuosien kecerdasan lebih rendah (IQ) daripada saudara kandung mereka, dan mereka sering mempunyai masalah bicara. Anak perempuan sering mempunyai indung telur yang tidak berfungsi, dan hanya sedikit yang dapat menjadi hamil secara alami. Namun untuk anak laki-laki, , mempunyai fungsi testicular normal.

3. Intoleransi Fruktosa Turunan

Pada gangguan ini, badan kehilangan enzim yang mencerna fruktosa, gula yang ada di gula meja (sucrose) dan banyak buah-buahan. Akibatnya, sebuah hasil sampingan fruktosa menumpuk di badan, menghalangi pembentukan glikogen dan konversinya ke glukosa untuk digunakan sebagai tenaga. Menggunakan sedikit saja fruktosa atau sucrose menyebabkan kadar gula darah rendah (hypoglycemia), berkeringat, kebingungan, dan kadang-kadang pingsan dan koma. Anak yang terus makan makanan berisi fruktosa mengalami kerusakan ginjal dan hati, menghasilkan penyakit kuning, muntah, pemburukan jiwa, pingsan, dan kematian. Gejala ronis termasuk tidak mau makan, kegagalan untuk berkembang pesat, gangguan pencernaan, kegagalan hati, dan kerusakan ginjal.

Diagnosa dibuat kalau pemeriksaa kimia sampel jaringan hati ditemukan enzim hilang. Pengobatan melibatkan mengeluarkan fruktosa (umumnya ditemukan di buah-buahan manis), sucrose, dan sorbitol (tiruan gula) dari diet. Serangan akut dirawat denganmemberi glukosa dengan infus; serangan yang lebih ringan hypoglycemia diobati dengan tablet glukosa, yang sebaiknya dibawa oleh siapa saja yang mempunyai keturunan intolerasni fruktosa.

Katabolisme adalah serangkaian reaksi yang merupakan proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana dengan membebaskan energi, yang dapat digunakan organisme untuk melakukan aktivitasnya. Termasuk didalamnya reaksi pemecahan dan oksidasi molekul makanan seperti reaksi yang menangkap energi dari cahaya matahari. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme.