http://www.abenetwork.com/usahaarma

Friday, February 15, 2013

HIV AIDS

healt.uml.edu

        Tanpa terapi antiretrovirus, rata-rata lamanya perkembangan infeksi HIV menjadi AIDS ialah sembilan sampai sepuluh tahun, dan rata-rata waktu hidup setelah mengalami AIDS hanya sekitar 9,2 bulan. Namun demikian, laju perkembangan penyakit ini pada setiap orang sangat bervariasi, yaitu dari dua minggu sampai 20 tahun. Banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya ialah kekuatan tubuh untuk bertahan melawan HIV (seperti fungsi kekebalan tubuh) dari orang yang terinfeksi.Orang tua umumnya memiliki kekebalan yang lebih lemah daripada orang yang lebih muda, sehingga lebih berisiko mengalami perkembangan penyakit yang pesat. Akses yang kurang terhadap perawatan kesehatan dan adanya infeksi lainnya seperti tuberkulosis, juga dapat mempercepat perkembangan penyakit ini. Warisan genetik orang yang terinfeksi juga memainkan peran penting. Sejumlah orang kebal secara alami terhadap beberapa varian HIV. HIV memiliki beberapa variasi genetik dan berbagai bentuk yang berbeda, yang akan menyebabkan laju perkembangan penyakit klinis yang berbeda-beda pula. Terapi antiretrovirus yang sangat aktif akan dapat memperpanjang rata-rata waktu berkembangannya AIDS, serta rata-rata waktu kemampuan penderita bertahan hidup.

Itulah tadi salah satu penyakit berbahaya yang bisa berujung pada kematian, sama halnya dengan penyakit kanker serviks yang terbilang juga panyakit paling ganas      AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan dari gejala dan infeksi atau biasa disebut sindrom yang diakibatkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh manusia karena virus HIV, sementara HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang dapat melemahkan kekebalan tubuh pada manusia. Jika seseorang terkena virus semacam ini akan mudah terserang infeksi oportunistik atau mudah terkena tumor. Untuk sampai saat ini, penyakit HIV AIDS belum bisa disembuhkan dan ditemukan obatnya, kalau pun ada itu hanya menghentikan atau memperlambat perkembangan virusnya saja.
Virus HIV dan virus-virus sejenisnya seperti SIV, FIV dan lain-lain biasanya tertular melalui kontak langsung antara aliran darah dengan cairan tubuh yang didalamnya terkandung HIV, yakni darah, air mani, cairan vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan virus ini sering terjadi pada saat seseorang berhubungan intim, jarum suntik yang terkontaminasi, transfusi darah, ibu yang sedang menyusui, dan berbagai macam bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.

Add caption
AIDS merupakan bentuk terparah atas akibat infeksi HIV. HIV adalah retrovirus yang biasanya menyerang organ-organ vital sistem kekebalan manusia, seperti sel T CD4+ (sejenis sel T), makrofaga, dan sel dendritik. HIV merusak sel T CD4+ secara langsung dan tidak langsung, padahal sel T CD4+ dibutuhkan agar sistem kekebalan tubuh dapat berfungsi baik. Bila HIV telah membunuh sel T CD4+ hingga jumlahnya menyusut hingga kurang dari 200 per mikroliter darah, maka kekebalan di tingkat sel akan hilang, dan akibatnya ialah kondisi yang disebut AIDS. Infeksi akut HIV akan berlanjut menjadi infeksi laten klinis, kemudian timbul gejala infeksi HIV awal, dan akhirnya AIDS; yang diidentifikasi dengan memeriksa jumlah sel T CD4+ di dalam darah serta adanya infeksi tertentu.

Saturday, February 9, 2013

PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL



PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL



ridwanaz.com

1.        Pemeriksaan Kreatinin Dan Kreatini  Kinase ( Bersihan Kreatinin )

            Kreatinin dalam darah merupakan hasil pembentukan spontan kreatinin dan fosfat kreatinin. Kreatinin dilepaskan ke dalam darah dengan kecepatan yang stabil dan berhubungan langsung dengan masa otot. Kadar kreatinin dipengaruhi oleh usia, semakin tua usia semakin rendah kadar kreatinin dalam darah.
            Specimen yang digunakan adalan serum, plasma heparin atau urin. Biasanya urin di encerkan 1: 100 atau 1: 200 dan menggunakan urin 24 jam. Darah atau plasma yang hemolysis tidak dapat dipriksa karena dapat menyebabkan  tinngi palsu.
               Bersihan kreatinin merupakan banyaknya kreatinin yang dibersihkan dari plasama oleh ginjal dam mL/ menit. Bersihan kereatinin plasma merupakan indicator untuk mengetahui laju filtrasi glomerulus.  
Bersihan kreatinin dihitung dengan rumus

U/P X V X 1.73/A = Bersihan kreatinin

U= Kadar kreatini dalam urin(mg/dl)
P= Kadar kreatinin dalam darah ( mg/dL)
V= diuresis atau volume urin 24 jam ( mL/menit )
1.73  = area permukaan tubuh standar dalam M2
A = AreaPermukaan pasien

2.       Laju Filtrasi Glomerulus / Glumerulus Filtration Rate ( GFR)

           Tidak ada metode langsung untuk mengukur laju filtrasi glomerulus.  Untuk menentukan nilai GFR digunakan rumus :

GFR X Px = Ux X V
Px = jumlah substansi yang difiltrasi dari darah melalui ginjal harus seimbang dengan
Ux = Jumlah substansi yang di eksresikan dalam urin
V = Urine flow

3.       Cystatin C

               Cystasin C merupakan penanda terbaik dibandingkan kreatini darah dalam menentukan laju filtrasi glomerulus. Cystasin merupakan bagian dari inhibitor Cysteine proteinase. Yang memiliki berat molekul rendah. Laju filtari glomerulus berbanding terbalik dengan kadar cystasin C, Jika LFG meningkat maka kadar cystatin C menurun, Demikian juga sebaliknya.

4.       Mikroalbuminuria

           Mikroalbuminurea adalah eksresi albumin 30-300 mg/ hari jika diperiksa dengan urin 24 jam. Atau 20-200 mg/hari jika diperiksa urin sewaktu. Jika urin <30 ekskresi="" hari="" menunjukkan="" mg="" span="" style="mso-spacerun: yes;"> 
albumin normal. Dan jika > 30 mg/hari itu menunjukkan albuminuria.

5.       Proteinuria

Protein merupakan suatu keadaan abnormal yang paling penting padaurinalisis rutin. Proteinuria terjadi akibat adanya kerusakan glomerulus, tubular, kelainan pre renal atau overflow akibat produksi berlebih dari hemoglobin, myoglobin, atau immunoglobulin. Dan traktus urinarius bawah. Proteinuria diklasifikasikan sebagai berikut : < 1gram/hari  = proteinuria ringan, 1-3 mg/ hari atau 4 gram/hari = proteinurea sedang, > 4 merupakan proteinurea berat.

6.       NGAL ( Neutrofil Gelatinase_associated Lipocalin)

           NGAL  berperan dalam regenerasi ginjal dan perbaikannya sesusadah cidera iskemi dengan cara membantu perkembangan dan diferensiasi sel efitel tubulus. Dalam hal ini NGAL berfungsi protektif bila terjadi cedera ginjal. Pemeriksaan NGAl menggunakan specimen serum, plasma EDTA atau urin. Sepesimen yang dibutuhkan 10-100 ul . jika menggunakan urin maka urin disentrifyge terlebih dahlu sepoeri serum atau plasma . peningkatan NGAL pada serum atau urin terjadi pada berbagai keadaan patologis, sehingga interpretasi hasil NGAL harus mempertimbangkan kondisi pasien


PEMERIKSAAN SIFILIS METHODE TPHA ( TREPONEMA PALIDUM HEMAGLUTINASI ASSAY)



PEMERIKSAAN SIFILIS METHODE
 TPHA ( TREPONEMA PALIDUM HEMAGLUTINASI ASSAY)

isotekindo.co.id


A.     PENDAHULUAN

Sifilis adalah penyakit yang pada umumnya berjangkit setelah hubungan seksual. Menahun dengan adanya remisi dan eksaserbasi, dapat menyerang semua organ dalam tubuh terutama system kardiovasikular, otak dan susunan saraf serta dapat terjadi kongenital.
Treponema Pallidum Hemagglutination (TPHA) merupakan suatu pemeriksaan serologi untuk sipilis dan kurang sensitif bila digunakan sebagai skrining (tahap awal/primer) sipiliS. Untuk skirining penyakit sipilis biasanya menggunakan pemeriksaan VDRL atau RPR apabila hasil reaktif kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan TPHA sebagai konfirmasi.

B.     METODE

Hemaaglutinasi tidak langsung (indirek hemaaglutinasi) untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap T.pallidum.

C.     PRINSIP

Adanya antibody Treponema Palidum akan breaksi dengan antigen treponema yang menempel pada eritrosit ayam kalkun/ domba sehingga terbentuk aglutinasi dari eritrosit-eritrosit tersebut.

D.     SPESIMEN

Serum atau cairan otak

E.      ALAT DAN BAHAN

1.      Mikroplate tipe U
2.      Mikropipet 25 ul dan 100 ul
3.      Automati vibrator
4.      Reagen kit TPHA

F.      LANGKAH KERJA

1.      Prosedur Kualitatif

a.       Teteskan masing-masing 1 tetes  (25 ul) serum diluent ke lubang 1, 3, 4 dan 5 dan untuk  lubang ke-2 tambahkan r tetes ( 100 ul).
b.      Teteskan  25 serum pada lobang 1 dan lakukan pengenceran sampai lubang ke-5  dengan cara ambil 25 ul dari lobang pertama dan taruh ke lubang kedua. Dihomogenkan lalu ambil masing-masing 25 ul  dan di taroh di lobang ke tiga dank e empat.  Dari lobang ke empat diambil 25 ul dan di taruh ke dalam lobang ke lima. Paka akan didapat pengenceran 1/2, 1/10, 1/20, 1/20 dan 1/40.
c.       Tambahkan 75 ul sel control  ke lobang tiga dan 73 un sel tes ke lobang 4 dan 5 , maka pengenceran terakhir  1/2 , 1/10,1/80, 1/80,1/160
d.      Homogenkan pada mixer dan inkubasi pada suhu kamar selama 45-60 menit
e.       Amati aglutinasi pada masing-masing lobang.

2.      Prosedur Kuantitatif

Prosedurnya sama dengan prosedur kualitatif,  hanya pada prosedur kuantitatif pada pengenceran sampel di lobang ke lima dilanjutkan lagi sampai lubang ke Sembilan, sehingga pengenceran akhir yang didapa setelah masing-masing ditambah 75 ul sel tes menjadi 1/160, 1/1320, 1/640, 1/1280, 1/2560. Hasil dibaca sampai pengenceran tertinggi yang masih aglutinasi.
                                                                                   

G.     INTERPRETASI HASIL                                                         




 

a.       Lobang 1 dan 2 merupakan hasil tes yang menunjukkan positif
b.      Lobang 3 merupakan control cell (sel yang tidak dilapisi denganantigen treponema
c.       Lobang 4 merupakan tes sel ( sel yang dilapisi dengan antigen treponema)

H.     HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PEMERIKSAAN
a.       Jangan menggunakan serum yang hemolysis karena dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan
b.      Jika menggunakan cairan otak, harus disentrifuge dulu
c.       Uji TPHA menunjukkan hasi rektif setelah 1-4 minggu setelah terbentuknya chancre.