http://www.abenetwork.com/usahaarma

Thursday, January 3, 2013

HERPESVIRIDAE ( HERPESVIRUS)

HERPESVIRIDAE ( HERPESVIRUS) A. Klasifikasi
Group: Group (dsDNA) Order: Herpesvirales Family: Herpesviridae
Subfamily :Alphaherpesvirinae • Iltovirus •                 Mardivirus • Simplexvirus •                   Unassigned • Varicellovirus
 Subfamily :Betaherpesvirinae • Cytomegalovirus • Muromegalovirus • Proboscivirus • Roseolovirus • Unassigned Subfamily: Gammaherpesvirinae • Lymphocryptovirus • Macavirus • Percavirus • Rhadinovirus • Unassigned Subfamily Unassigned Subfamili Sifat Biologik Contoh Siklus Pertumbuhan Sitopatologi Infaksi laten Nama Khusus Nama Umum Alfaherpesvirinae Pendek Sitolitik Saraf Hervesvirus 1 manusia Hervesvirus 2 manusia Hervesvirus 3 manusia Virus herves simpleks tipe1 Virus herves simpleks tipe2 Virus varisella-zoster Betaherpesvirinae panjang Sitomegalik Kelenjer , ginjal Hervesvirus 5 manusia Sitomegalovirus Gamaherpesvirinae variasi Limpoprolife-ratif Jaringan limfoid Hervesvirus 4manusia Hervesvirus 61 manusia Hervesvirus 71 manusia Hervesvirus 61 manusia sulit untuk diklasifikasikan . virus ini menginveksi limfosit, tetapi genomnya menyerupai sitomegalovirus B. Sifat- sifat Hervesvirus • Virion : bulat, berdiameter 120-200 nm ( kapsid ikosahedral 100 nm) • Genom : ( DNA untai ganda, linear, BM 95-150 juta, 120-240 kbp • Protein: lebih dari 35 protein dalam virion • Selubung : mengandung glikoprotein virus, reseptor FC • Replikasi : Inti, bertunas dari membran inti. • Ciri-ciri yang menonjol : menyebabkan infeksi laten , bertahan secara takterbatas dalam inang yang terinfeksi,sering diaktifkan kembali dalam inang yang fungsi imunnya tertekan. C. Struktur dan Komposisi Herpes virus adalah virus yang besar. Semua herpesvirus mempunyai inti DNA untai ganda dalam bentuk tiroid yang dikelilingi oleh lapisan protein yang menunjukkan simetri ikosahedral dan mempunyai 162 kapsomer. Nukleokapsidnya dikelilingi oleh suatu selubung yang dihasilkan oleh membrane inti dari sel yang terinfeksi dan mengandung glikoprotein virus dalam bentuk paku dengan panjang ukuran lebih dari 8 nm. Genom herves viru memiliki terminal dan urutan berulang yang intern. Komposisi dasar DNA hervesvirus mulai dari 31% sampai 75%. Beberapa enzim khusus virus ( polimerase DNA, timidin kinase) didintesis dalam sel yang terinfeksi , tetapi tampaknya tidak ada enzim yang masuk ke dalam partikel-partikel virus. D. Replikasi Herpesvirus Virus memasuki sel malaui peleburan dengan selaput sel setelah mengikat pada reseptor sel khusus lewat suatu glikoprotein selubung. Beberapa herpesvirus berikatan pada permukaan glikosaminoglikan sel, yang pada pokoknya heparin sulfat.kapsid di bawa ke inti melalui sitoplasma, kemudian terjadi pengelupasan dan DNA menjadi berhubungan dengan inti. DNA virus segera membentuk lingkaran saat lepas dari kapsid. Ekspresi genom virus diatu secara ketat berurutan dalam mode riam. Gen paling awal menghasilkan protein alfa. Gen ini memungkinkan di translasikan ke dalam protein beta. Replikasi DNA virus dimulai dan dihasilkan transkip lambat yang membentuk protein gamma. Banyakny protein alfa dan beta merupakan enzim atau protein pengikat DNA , dan kebanyakan protein gama adalah komponen struktual. Lamanya proses replikasi beragam 18 jam ( herpes simpleks) sampai 70 jam ( sitomegalovirus). Sintesis makromolekul inang berhenti pada awal infeksi, yaitu ketika replikasi virus dimulai. E. Tinjauan Penyakit-penyakit Herpesvirus. F. Inveksi Herpesvirus Pada Manusia. 1. VIRUS HERPES SIMPLEKS Virus ini tersebar luas pada manusia dan tumbuh secara cepat dan sanag sitolitik serta menyebabkan serangkaian penyakit seperti Gingivostomatitis, keratokonjungtivitis, ensefalitis , penyakit kelamin dan infeksi pada bayi baru lahir. a. Klasifikasi Klasifikasi virus Kelas: Kelas I (dsDNA) Famili: Herpesviridae Upafamili: Alphaherpesvirinae Genus: Simplexvirus Species Virus Herpes simplex 1 (HSV-1) Virus Herpes simplex (HSV-2) b. Sifat virus Terdapat 2 virus herpes simpleks yaitu tipe 1 dan tipe 2 ( HSV-1 dan HSV-2). Perbandingan antara HSV-1 dan HSV-2 dapat dilihat pada table. Ciri khas HSV-1 HSV-2 BIOKIMIA • Komposisi dasar virus ( guanine-plus-sitosin) • Densitas berat jenis DNA (gram/Cm3) • Densitas berat jenis virion (gram/Cm3) • Homologi antara virus DNAs 67% 1,726 1,271 -50% 69% 1,726 1,271 -50% BIOLOGI • Reservoir atau vektor hewan • Lokasi bentuk laten Tidak ada Ganglia trigeminal Tidak ada Ganglia trigeminal EPIDEMIOLOGIK • Usia infeksi primer • penularan Anak-anak kecil Kontak(>>air liur) Dewasa muda seksual KLINIK Infeksi primer • gingivostomatitis • faringotonsilitis • keratokonjungtivitis • infeksineonatus infeksi kambuhan • lesi dingin, demam lepuh • keratitis infeksi primer atau kambuhan • herves kuteneaus kulit sebelah atas pinggang kulit sebelah atas pinggang lengan atau tangan • herpetik whitlow • eksema herpatikum • herpes genital • ensefalitis herpes • meningitis herpes + + + ± + + + - + + + ± + ± - - - + - - - + + + - + - + Siklus HSV berlangsung dengan cepat, seikitar 8-16 jam sampai selesai. Gen alfa segera timbul setelah infeksi. Gen beta timbul membutuhkan hasil gen alfa untuk ekspresinya yaitu bertepatan dengan penurunan transkripsi gen alfa dan penghentian sintesis protein sel inang yang irreversibel ( kematian sel ). glikoprotein virus herpes simplek yaitu :gD :pemicu antibodi netralisasi yang paling kuat, C : protein terikat komplemen (C3b) , gE : reseptor Fc mengikat bagian fc dari IgG. G: tipe spesifik dan memudahkan membedakan antara HSV-1( gG-1) dan HSV-2(gG-2). c. Patogenesis dan patologi 1). Patologi Karena HSV menyebabkan infeksi sitolitik , perubahan patologiknya mengakibatkan nekrosis disertai dengan respon peradangan. Lesi yang disebabkannya sama denga lesi yang disebabka oleh virus varisella –zoster. Perubahan histopatologik yang khas adalah pembengkakan sel-sel yang terinfeksi, pembentukan badan inklusi dalam inti Cowdry tipe A dan pembentukan sel-sel raksasa berinti banyak. Cairan edema menumpuk di lapisan epidermis dan dermis. 2). Infeksi primer HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi virus harus menembus lapisan mukosa atau kulit yang terluka. Virus berkembang ditempat infeksi dab masuk ketempat perkembangbiakan selanjutnya melalui saraf dan menjadi laten. Infeksi primer biasanya ringan dan bersifat asimtomatik. Penyebaran ke organ-organ lain dapat terjadi jika sistem imum inang terganggu. 3). Infeksi laten Virus terdapat dan menetap dalam ganglia yang terinfeksi secara laten sampai akhir hidup inang. Tidak dapat ditemukan virus ditempat lesi biasanya kambuh. Perngsangan yang proaktif dapat mengaktifkan kembali dari stadium laten. Virus kemudian mengikuti jalannya akson ke feriper dan membuat infeksi dilapisan mukosa. Sisten imunitas tidak dapt menghentikan pengaktifan kembali tetapi hanya dapat menghambat perkembang biakan virus sehingga kekambuhan lesi tidak begitu luas dan tidak begitu berat. d. Gambaran klinik 1). Penyakit orofaring merupakan infeksi primer HSV-1 dan biasanya asimtomatik.sering terjadi pada anak kecil (1-5 tahun)dan mengenai mukosa bukal dan gusi mulut. Masa inkubasi pendek (3-5 hari, dengan kisaran 2-12 hari) dan sakit klinis biasanya 2-3 minggu. Simtomny antara lain demam, nyeri tenggorokan, lesi vesikuler dan ulseratif, edema, gingivostomatitis, linfedenofati submandibuler, anoreksia, dan malaise. Lesi dapat kambuh berulang dengan jarak waktu bervariasi dan pada lokasi yang sama . 2). Keratokonjungtifus merupakan infeksi awal HSV-1pada mata, sehingga menimbulkan keratokonjungtivitis berat.lesi mata yang berulang tampak seperti keratitis dendritik atau ulkus korneaatau sebagai vesikel pada kelopak mata. Infeksi kedua nya dapat menyebabkab kebutaan mata. 3). Herpes genital penyakit ini biasanya disebabkan oleh HSV-2. Infeksi primernya dapat berlangsung berat, dengan masa sakit kurang lebih 3 minggu. Penyakit ini ditandai dengan lesi vesikuloulserasif pada penis laki-laki atau servik, vulva, vagina dan perineum pada wanita. Lesi terasa nyeri diikuti demam, malaise, disurea, dan limpadenofati inguinal. Infeksi terhadap orang yang mempunya respon imun terhadap HSV-1 cendrung bersifat asimtomatik. Kekambuhan biasanya bersifat ringan, dimana timbul sejumlah vesikel dan penyembuhan dalam waktu kurang dari 10 hari. Tetapi dapat menularkan virus ke pasangan seksualnya. 4). Infeksi Kulit kulit yang utuh resirten terhadap virus HSV.infeksi terjadi pada luka yang terkontaminasi oleh virus HSV. Infeksi kutaneus sering terjadi bersifat berat dan mengancan jiwa. Infeksi ini biasanya terjadi pada orang ganguan kulit seperti eksema atau luka bakar. Eksema herpetikum biasanya disebabkan infeksi primer HSV-1 pada orang-orang dengan eksema kronok. 5). Encefalitis penyebab paling sering adalah HSV-1 pada remaja dan dewasa menunjukka suatu lesi dalam cuping temporal ( manifestasi neurologi). Selama sakit diagnosa yang pasti biasanya hanya dapat dilakukan dengan isolasi virus dari jaringan otak. Yang diproleh secara biopsi . 6). Herpes Nenonatus Merupakan infeksi HSV pada bayi yang baru lahir. Didapat sewaktu masih di dalam rahis, proses persalinan, atau setelah lahir. Dan yang paling sering terjadi selama proses persalinan yaitu melalui kontak dengan lesi herpes pada jalan lahir.untuk pencegahan dilakukan persalinan melalui bedah cessar dan dilakukan sebelum selaput pecah.babi-bayi dengan herpes neonatal memperlihatkan tiga kategori penyakit. 1). Lokalisasi lesi [ada kulit , mata dan mulut. 2). Encefalitis dengan atau tanpa disertai lesi pada kulit 3). Penyebaran penyakit meliputi berbagai organ termasuk sistem saraf pusat. 7). infeksi pada orang-orang dewasa dengan gangguan imunitas. Pasien dengan imunitas terganggu atau tertekan obat –obatan atau terapi serta orang malnutrisi beresiko tinggi terinfeksi HSV. Contohnya. Penerima transplantasi ginjal, jantung, susmsum tulang, penderita HIV. e. Imunitas Banyak bayi baru lahir telah mendpatkan antibody pasif yang dipindahkan dari ibunya. Antibody ini hilang dalam waktu 6 bulan pertama kehidupan sehingga priode paling rentan terhadap infeksi herpes primer terjadi pada umur 6 bulan dan 2 tahun. Antibody ini tidak dapat melindungi bayi secara total terhadap infeksi HSV. Antibody HSV-1 mulai Nampak pada masa awal kanak-kanak dan pada masa dewasa umumnya suhah memilikinya. Antibody terhadap HSV-2 timbul selama masa dewasa seiring aktivitas seksualnya. f. Diagnose laboratorium 1). Isolasi Dan identifikasi virus. Metode ini merupakan cara niagnosa pasti.virus dapat diisolasi dari lesi herpetik( kulit, kornea, otak), usapan tenggorok, cairan serebrospinal, dan tinja, baik selama infeksi primer maupun selama masa asimtomatik. Inokulai biakan jaringan digunakan untuk isolasi virus. Timbulny efek sitopatik yang khas dalam biakan sel dalam waktu 2-3 hari menunjukka adanya HSV. kemudian virus itu dikenali dengan uji nt atau pewarnaan imuno fluoresen dengan anti serum kusus. Te-tes lain yang lebih cepat antara lainhibridisasi yang menggunakan penanda DNA berlabel atau assai amplifikasi DNA akan menjadi pemeriksaan rutin yang berlangsung satu hari. 2). Serologi antibodi muncul setelah 4-7 hari dan mencapai puncaknya dalam 2-4 minggu setelah infeksi dan dapat diukur dengan metode Nt, ELISA, CF, radioimunoassai atau imunofluoresesnsi. g. Epidemiologi Virus herpes simpleks tersebar di seluruh dunia. Tidak ada vektor atau reservoir hewan yang terkait dengan manusia. Penularaan melalui kontak dengan sekresi yang terkontaminasi . HSV-1 lebih konstan menetap pada manusia dibanding virus lain. Frekuensi infeksi HSV-1 kambuhan sangat bervariasi antara orang perorang. Pada setiap saat, 1-5% orang dewasa normal akan mengeluarkan virus, seringkali dengan tidak ada simtom klinik. HSV-2 biasanya didapat sebagai penyakit hubungan seksual.sehingga antibodi virus ini jarang ditemukan sebelum pubertas. Infeksi HSv genital ibu, akan memberi resiko bagi ibu dan janin. Infeksi primer sebelum usia kandungan 20 minggu berhubungan dengan terjadinya abortus spontan. h. Pengobatan Beberapa antivirus sudah terbukti efektif melawan infeksi HSV.yaitu dengan menghambat sintesa DNA virus, menghambat perkembangbiakan virusdan menekan manifestasi klinis. Contoh obat antivirus yang biasa dipakai adalah asiklovir ( ensafalitis herves, herpes genitalia), Vidarabin( herpes neonatal, ensafalitis) dan idoksuridin(keratitis hervatik). Hasil terbaik dicapai jika pengobatan diberikan pada awal terapi atau sebelum terjadi koma. i. Pencegahan dan Pengendalian • Bayi-bayi baru lahir dan orang dengan eksema harus dilindung dari pemaparan terhadap orang yang memiliki lesi herpetik aktif. • Pemberian vaksin yaitu menggunakan antigen glikoprotein dimurnikan yang diproleh dari selubung virus, diekspresikan pada beberapa sistem rekombinan atau peptida sintetik terhadap glikoprotein tersebut. 2. VIRUS VARISELA-ZOSTER Varisela (cacar air) adalah penyakit ringan, sangat menular, terutama pada anak-anak yang ditandai secara klinik dengan suatu erupsi vesikular pada kulit dan selaput lendir. Zoster (shingels) adalah suatu penyakit sporadik yang banyak ditemui pada orang dewasa ata orang-orang dengan gangguan imunitas, yang ditandai oleh suatu ruam yang terbatas penyebarannya pada kulit yang diinervasi oleh ganglion sensorik tunggal. Kedua penyakit ini disebabkan oleh virus yang sama, Varisela adalah penyakit setelah kontak langsung dengan virus, sementara zoster adalah respons sebagian imun inang terhadap pengaktifan kembali virus varisela yang terdapat dalam bentuk laten pada ganglia sensorik. a. Sifat-sifat virus Virus varisela-zoster secara morpologik sama dengan HSV. Virus ini memperbanyak diri dalam biakan jaringan embrionik manusia dan menghasilkan badan inklusi intranuklir yang khas. Anak –anak yang telah sembuh dari virus zoster yang terinduksi bersifat resisten terhadap varisella. b. Patogenesis dan Patologi 1). Varisela jalur infeksiny adalah mukosa saluran nafas bagian atas atau konjungtiva. Virus beredar dalam darah melakukan berbagai tahap perkembangbiakan dan kemudian menetap dalam kulit. Lesil lokal pada kulit diawali dengan infeksi pada sel kapiler endotelial. Dan terjadi pembengkakan sel epitel, degeneasi balon, dan akumulasi cairan jaringan yang mengakibatkan pembentukan gelembung. 2). Zoster lesi zoster pada kulit secara histopatologik sama dengan lesi varisela. Didapatkan juga peradangan akut pada syaraf dan ganglia sensorik. Penyusutan imunitas dapat memudahkan terjadinya perkembangbiakan virus di ganglion dan menimbulkan peradangan dan nyeri yang hebat. Virus berjalan ke bawah melalui saraf menuju kulit dan membentuk vesikel. c. Gambaran klinik 1). Varisela tidak biasa terjadi varisela subklinik. Masa inkubasi penyakit yang khas 14-21 hari. Simtomnya adalah lesu dan demam kemudian diikuti oleh ruam, pertama pada punggung kemudian pada muka, anggota badan mukosa pipi serta faring dalam mulut. Vesikel muncul berturut-turut muncul selam 2-4 hari berikutnya sehingga semua stadium makula, papula, vesikel, dan kerak dapat terlihat pada satu saat. Pada varisella neonatal , infeksi didapat dari ibu saat atau sesudah kelahiran. Jarang terjadi komplikasi pada anak-anak normal. Pnemoni varisela jarang terjadi pada anak-anak, tetapi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada orang dewasa dengan infeksi virus primer. Pasien dengan gangguan imunitas memiliki resiko tinggi terhadap berbagai komplikasi vasirela. 2). Zoster penyakit biasanya dimulai dengan rasa nyeri di kulit dan mukosa yang dimasuki oleh satu atau lebih kelompok saraf sensorik dan ganglia. Dalam beberapa hari setelah muncul penyakit , muncul suatu vesikel di kulit dari saraf yang terkena infeksi virus. Erupsi biasanya satu sisi : punggung, kepala dan leher adalah yang paling sering terserang.. lama dan keparahan erufsi biasanya sebanding dengan umur penderita. Komplikasi sering terjadi pada usia lanjutyaitu neuralgia pascaherpes. Rasa nyeri menetap selama berminggu-minggu samapi berbulan-bulan. d. Imunitas Infeksi vasirella diyakini menimbulkan imunitas sepanjang hidup terhadap vasirela. Tetapi, zoster juga terjadi pada orang yang mempunyai antibodi netralisasi yang relatif tinggi terhadap vasirela. e. Diagnosa laboratorium Pada sediaan hapus kerokan atau usapan pada dasar vesikel yang diwarnai akan terlihat sel raksasa berintiganda. Ini tidak ada pada vesikel non hervatik.antigen virus intraseluler dapat diperlihatkan melalui pewarnaan imunofluoresensi dari apusan yang sama. Virus dapat diisolasi dari biakan sel manusia yang menggunakan cairan vesikel 3-7 hari. Virus ini dalam cairan vesikel sangan labil sehingga biakan harus segera diinokulasi. Antigen khusus virus vasirela-zoster atau DNA virus dapat dideteksi di dalam cairan vesikel, dalam ekstrak kerak, atau bahan biopsi. Kenaikan titer antibodi khusus dapat dideteksi dalam serum pasien melalui tes : ikatan komplemen, Nt ( dalam biakan sel) , imunofluoresensi tak langsung, dan dengan imunoessai enzim. f. Epidemiologi Varisela dan zoster tersebar diseluruh dunia.varisella sering terjadi pada anak-anak (2-6 tahun) dan sering terjadi pada musim dingin dan musim semi. Zoster terjadi secara sporadik terutama pada orang dewas dan tanpa prevalensi musim. g. Pengobatan Varisella pada ana-anak merupakan penyakit ringan dan tidak perlu pengobatan.sebaliknya , penderita varisela neonatus, gangguan imun, dan beberapa orang dewasa yang berpotensi fatal perlu dilakukan pengobatan.. gama globulin dengan titer antibodi virus varisella-zoster yang tinggi dapat digunakan untuk mencegah timbulnya penyakit pada anak-anak dengan fungsi imun terganggu yang telah kontak dengan vasirela. Antivirus yang biasa dipakai adalah : vidarabi( orang dewasa penderita pnemoni vasirela berat dan zoster tersebar), asiklovir ( mencegah timbulnya penyakit sistemik pada anak-anak dengan fungsi imun tertekan dan menghentikan proses progsesif zoster pada orang dewasa), dan interferon leukosit (melawan varisela pada anak-anak penderita kanker). h. Pencegahan dan pengendalian Globulin imun varisela-zoster dapat digunakan untuk meringankan penyakit pada anak-anak dengan fungsi imun tertekandan diberikan sebelum timbul penyakit. pemberian vaksin dapat mencega penyebaran varisela pada anak-0anak yang beresiko tinggi. 3. SITOMEGALOVIRUS Sitomegalovirus adalah herpes virus yang terdapat di mana-mana dan merupakan penyakit umum penyakit manusia. Penyakit sitomagelik klasik berasal dari kecendrungan sel-sel yang terinfeksi sitomegalovirus memebesar secara masif. Penyakit inklusi sitomegalik merupakan infeksi menyeluruh pada bayi yang disebabkan oleh infeksi dalam rahim atau setelah kelahiran. a. Sifat-sifat virus Sitomegalovirus merupakan anggota terbesar dari herpes virus. Sitomegalovirus adalah spesiaes yang sangat spesifik dan sel spesifik-tipe. Sehenggi susah diinfeksi kepada hewan percobaan. Virus ini berkembang baik in vitro hanya dalam fibroblas manusia. Replikasi virus ini berjalan lambat dalam biakan , dan kerja pertumbuhannya lebih lambat dari pada HSV dan varisela-zoster. Biasanya infeksi menyebar dari sel ke sel dan berlangsung dalam waktu beberapa minggu agar seluruh lapisan terkena. b. Patogenesis dan Patologi 1). Sel inang normal Virus dapat ditularka dari orang ke orang melalui kontak dengan bahan yang berhubungan erat dengan virus. Masa inkubasinya antara 4-8 minggu setelah pemaparan virus dan menetap sebagai infeksi laten sepanjang hidup penderita.virus dapat dilepaskan secara intermiten dari faring dan urin selama bernulan-bulan atau bertahun-tahun setelah infeksi primer. Infeksi sitomegalovirus yang lama dalam ginjal tidak bersifat merusak tapi menyokong terjadinya gangguan fungsi ginjal pada pasien transplantasi ginjal. 2). Inang dengan fungsi imun tertekan Infeksi yang terjadi jauh lebih berat dibandingkan pada inang normal.orang-orang yang beresiko tinggi terinfeksi sitomegalovirus adalah penerima transplantasi ginjal , penderita tumor ganas yang menerima kemotrafi,dan penderita HIV AIDS. Pnemonia merupakan komplikasi yang sering terjadi. Respon imun inang yang tertekan diduga dapat mepertahankan sitomegalovirus dalam keadaan laten pada orang denga seporasif. 3). Infeksi kongenital dan Perinatal Adalah infeksi yang terjadi pada janin atau bayi yang baru lahir. virus dapat ditularkan sewaktu dalam rahim baik dari infeksi primer maupun infeksi kambuhan ibu, tetapi palin sering disebabkan oleh infeksi primer ibu. Kerusakan janin kadang-kadang akibat infeksi reaktivitasi ibu. Sitomegalovirus dapat juga ditularkan melalui paparan pada saluran genital ibu selama persalinan dan dari air susu ibu. Sitomegalovirus yang didapat sat dalam rahim atau saat persalinan akan menghasilkan lebih banyak infeksi kronikdengan diikuti ekskresi virus. c. Gambaran klinik 1). Sel inang normal Infeksi sitomegalovirus primer pada anak-anak yang lebih tua dan dewasa menyebabkan sindrom mononukleolis infeksiosa secara spontan. Penyakit ini ditandai dengfan malaise, mialgia, demam yang berkepanjangan, abnormalitas fungsi hati dan linfositosis. Mononukleolis sitomegalovirus adalah penyakit ringan dan jarang berkomplikasi. Pada anak-anak

No comments: